Part 9

2.1K 103 0
                                    

"Abby, aku sangat merindukanmu." ucap teman sebaya itu sambil memeluk dirinya.

"Aku juga sangat merindukanmu," ucap Abbygael membalas pelukan hangat itu.

"Kamu kemana saja ? Aku ingin mendengar cerita kamu," pinta gadis kecil berambut panjang yang menatapnya dengan ceria.

"Aku berlatih bela diri. Hanya itu saja," ucap Abbygael.

"Ah sangat membosankan sekali. Aku punya cerita. Apa kamu mau mendengarnya ?"

"Tentu saja," jawab Abby penuh semangat.

"Aku menyukai seorang anak laki laki yang sering bermain basket di lapangan ini. Dia sangat tampan dan menggemaskan Abby,"

"Siapa namanya ?" Tanya Abby dengan penasaran.

"Ah, aku tidak tau namanya. Aku sangat malu untuk menanyakannya, namun dia sangat tampan."

GOUKK....GOUKKK...

Dengan susah payah Abbygael membuka matanya. Dan mendapatkan ke dua anjingnya sedang memperhatikan dirinya sambil menjilat-jilat kaki Abbygael.

Abbygael tersadar dari mimpinya.

"Ternyata cuma mimpi." Abbygael memijat pelipisnya.

Seluruh keningnya penuh dengan keringat. Baju tidur yang di pakainya juga sudah penuh dengan keringat.

Kepalanya terasa sangat berat, seperti ada beban yang sangat besar yang ada di kepalanya.

Semua ingatan masa kecilnya kembali. Semua yang Abbygael usahakan untuk di hapus dari memori ingatannya mendadak kembali.

"Maaf...maafkan aku....maaf," tangisannya pun pecah.

"Maafkan aku...aku mohon," jerit Abbygael sambil memeluk bantal.

Semua memori itu kembali dengan sangat jelas di dalam kepalanya. Jika saja Abbygael waktu itu menuruti kata kata Rafael untuk tetap di rumah, maka kejadian itu tak akan pernah terjadi.

Abbygael mengusap semua air matanya dengan kasar. Lalu berusaha menengkan dirinya agar tidak membangunkan seisi rumah. Setelah tenang Abbygael melirik jam di kamarnya dan waktu menunjukan pukul 23.05.

Dengan perlahan Abbygael masuk ke dalam kamar mandi, lalu membersihkan dirinya. Setelah selesai membersihkan diri Abby mengambil kaos putih polos, celana jeans hitam dan juga dalaman.

Semua pakaian sudah lengkap, dengan cepat Abbygael memakai sepatunya. Mengambil ponsel, kartu atm dan memesan taksi.

"Halo pak. Bapak sedikit menjauh dari gerbang utama ya. Oke saya turun,"

Dengan perlahan Abbygael berjalan ke arah pintu belakang rumahnya. Di depannya ada pagar yang tidak terlalu tinggi. Dan untung saja semua penjaga sedang berpusat pada gerbang utama, jadi gerbang kecil di belakang rumahnya tidak ada yang menjaga.

Dengan cepat Abbygael memanjat pagar, lalu melompat ke arah luar. Setelah berhasil dengan aksinya, Abbygael segera mendekat ke arah taksi yang tadi dipesannya.

"Jalan pak."

Hanya perlu 30 menit untuk Abbygael menuju tempat yang bisa menghilangkan penatnya. Setalah sampai Abbygael turun dari taksi dan memasuki tempat itu.

Bau asap rokok sangat tercium olehnya. Abbygael berjalan masuk ke dalam club, lalu mendudukkan bokongnya di salah satu kursi di depan bartender.

"Seperti biasa Dim," ucap Abbygael pada bartender yang ada di depannya.

"Baiklah Little Bygael," Abbygael tersenyum mendengar panggilannya itu.

Dimas memang sangat suka memanggilnya dengan Little Bygael. Karena saat pertama kali ke tempat ini Abbygael masih berumur 14 tahun dan Dimas sangat terkejut melihat gadis kecil yang tiba tiba memesan vodka kepadanya.

"Kenapa kamu kemari By ?" Tanya Dimas sambil menyerahkan minuman pesanan Abby.

"Tadi aku bermimpi tentang dia," jawab Abby dengan lesu, lalu meluncurkan minuman itu ke dalam tenggorokannya.

Dimas tersenyum, lalu menatap wajah Abbygael dengan satu tangan menjadi tumpuan wajahnya. Abbygael sangat berubah saat pertama kali mereka bertemu. Dulu saat pertama kali mereka bertemu, Abbygael seperti anak hilang yang tidak terawat dan sekarang Abbygael terlihat sangat dewasa. Namun masih menggemaskan.

"Kamu harus berdamai dengan dirimu By," ucap Dimas sambil mengacak acak rambut Abbygael.

"Aku yang tidak bisa berdamai dengan diriku atau sebenarnya aku yang memang pembunuhnya ?" Tanya Abbygael pada Dimas sambil mengembalikan gelas kecil transparan itu pada Dimas.

"Itu semua ketidak sengajaan. Mana mungkin anak kecil berumur delapan tahun sudah menjadi pembunuh. Benar bukan ?"

"Tapi ini sudah sepuluh tahun dan aku masih saja seperti ini," ucap Abbygael dengan nada sedih.

"Sudah aku bilang, berdamai dengan dirimu sendiri dan terima semuanya By." ucap Dimas dengan gemas.

Entah sudah berapa shot Abbygael meminum vodka yang di buatkan oleh Dimas.

"Dimas, berikan aku lagi," ucap Abbygael dengan nada yang sudah kacau balau.

"Sudah lah By. Kamu harus pulang karena kamu sudah sangat mabuk." ucap Dimas dengan khawatir.

"Ayolah Dim. Ini ambil dan berikan aku lagi," abbygael mengeluarkan kartu atmnya, lalu menyerahkannya pada Dimas.

Dimas mengambil kartu atm itu, lalu menggesekan dan menekan kode yang sudah di beritahukan oleh Abbygael sejak beberapa tahun lalu.

"Berikan aku lagi Dimas,"

"Kamu sudah membayar ini semua dan sekarang cepat pulang lah. Aku tidak ingin kamu kenapa napa," Dimas menyerahkan kembali kartu itu pada Abbygael.

"Dim...please," pinta Abbygael.

"Pulang, By." kini Dimas sudah mulai menatap Abbygael dengan tajam dan membuat nyali Abbygael sedikit menciut.

Dengan sempoyongan Abbygael berusaha keluar dari tempat itu. Namun penglihatannya tak kunjung benar, semua masih terlihat buram dan sedikit berputar.

"Awhh," Abbygael tak sengaja terbentur oleh sesuatu yang keras. Namun masih sedikit empuk.

"Abbygael," ucap seseorang yang tidak sengaja dia tabrak barusan.

"Kau mengenalku ?" Ucap Abbygael sambil memegang mulutnya.

"Ya, tentu saja. Kenapa kau bisa ada disini ?" Tanya orang itu dengan bingung.

"Aku-aku woouk-" Abbygael memuntahkan seluruh isi perutnya tepat di pakaian orang yang ada di depannya. Lalu semua terasa seperti menggelap. Sangat gelap.

Little BygaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang