Abbygael menatap lekat benda pipih berwarna merah muda yang sedang di gengamannya. Mengamati namanya yang terukir begitu begitu cantik.Apa semua akan baik baik saja ?...
Hari ini adalah hari keberangkatan kembarannya, Gabriel. Berat rasanya membiarkan Gabriel pergi begitu saja meninggalkan dirinya untuk melanjutkan pendidikannya. Meskipun Abbygael masih kesal dengan kembarannya itu, tapi tetap saja dia tidak ingin berjauhan lagi dengan Gabriel. Di dalam perut mama aja berdua, masa sekarang berpisah sendiri sendiri...
Tidak beda jauh dengan Abbygael, Gabriel juga begitu berat meninggalkan kembaran semata wayangnya itu. Melihat terlalu banyak kasus dan kesulitan yang dihadapi oleh Abbygael, Gabriel tidak akan bisa tenang jika harus meninggalkan Abbygael sendirian. Meski Rafael dan juga Adam yang akan menjaga Abbygael, tetap saja tidak ada yang mengerti sifat asli Abbygael. Kembarannya itu bisa menjadi anak pembangkang jika berada di dekat orang yang tidak tepat dan juga bisa menjadi anak penurut jika berada di dekat orang yang tepat.
Abbygael bangkit dari ranjang empuk miliknya. Jari-jari tangannya tak henti memutar pick gitar yang diberikan Adam beberapa hari lalu. Pikirannya melayang entah ke mana, rasanya sangat gelisah. Pandangannya Abbygael beralih ke arah beberapa lembar kertas yang baru saja selesai di tulisnya. Dengan lihai, tangan gadis itu melipat kertas kertas itu lalu memasukkan ke dalam amplop berwarna coklat dan menyimpannya di dalam laci.
Dengan cepat, Abbygael berjalan menuju kamar Gabriel dan tanpa pikir panjang langsung membuka pintu kamar Gabriel. "Kamu kenapa, By ?" tanya Gabriel. Satu alis Gabriel terangkat bingung, melihat kembarannya yang mendadak membuka pintu kamar miliknya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Kamu serius berangkat hari ini ? Hari ini banget ?" tanya Abbygael. Abbygael berjalan masuk ke dalam kamar Gabriel dan segera melompat naik ke atas ranjang milik kakaknya.
"Iya, hari ini. Kenapa ?" Gabriel melanjutkan kegiatannya. Memasukkan beberapa baju, celana dan pajangan kecil ke dalam koper miliknya.
"Hari ini banget ?" Gabriel memutar bola matanya malas. Menatap Abbygael dengan datar setelah mendengar pertanyaan yang sama keluar dari dalam mulut adiknya.
"IYA. HARI INI. JAM DELAPAN MALAM. Kenapa ?"
"Ya- gapapa. Cuma- hmm..."
"Cuma ?" Gabriel memperhatikan Abbygael. Memperhatikan tingkah adiknya yang sudah mulai kembali aneh.
"CUMA GA IKHLAS AJA KAMU KULIAH DI LUAR. SEDANGKAN AKU DI SINI. PADAHALKAN LEBIH PINTAR AKU !!!" ujar Abbygael kesal.
"Terus bermain dengan masa depan kamu. Sampai kamu lelah dan sadar. Kalau kamu sudah tertinggal jauh dari aku," Gabriel menajamkan tatapannya, berusaha memasang wajah tak bersahabat dengan Abbygael.
Abbygael terdiam, seluruh gerutuan di dalam kepalanya mulai saling bersautan seperti ada demo yang sedang terjadi di dalam pikiran dan juga hatinya. Gabriel bilang apa ? Tertinggal ? Jelas-jelas dia meraih peringkat pertama di jurusan yang dipelajarinya, sedangkan kembarannya itu hanya mendapakan peringkat dua dan Gabriel bilang dia sudah tertinggal ? Yang benar saja. TIDAK MUNGKIN. Atau mungkin saja, apa ayahnya yang sengaja membuatnya menjadi peringkat pertama ? Atau mungkin Adam ? Atau mungkin kakek ? Nenek ? Ah pusing. Kepala Abbygael terasa ingin pecah sekarang.
"SOMBONG. Aku ga akan kalah sama kamu, aku hanya lagi BERSEDEKAH kebahagiaan. Kalau aku terang-terangan ngalahin kamu, nanti kamu malah sedih," ujar Abbygael dengan percaya diri.
Gabriel tersenyum mendengar ucapan kembarannya. Ada rasa senang ketika mendengar kalimat yang diucapkan Abbygael sudah tidak menggunakan nada bentakkan atau nada kasar lainnya. Kembarannya sudah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...