Part 37

1.1K 84 5
                                    

Adam berlari mengejar Abbygael yang sudah lebih dulu keluar dari dalam rumah. Suara mesin mobil sudah terdengar dari arah garasi rumah.

Mata Abbygael memperhatikan Adam dengan tajam. Kilatan amarah masih sangat jelas terlihat dari bola mata Abbygael. Adam menghalangi mobil Abbygael dengan berdiri tepat di depan pintu garasi.

"Minggir om !"

"Kamu ga boleh nyetir, kamu lagi emosi." Adam berjalan mendekat pada mobil hitam yang dikemudikan oleh Abbygael.

"Apaan sih ?! Minggir ah."

"By, please. Aku yang nyetir,"

Dengan kesal Abbygael membuka sabuk pengamannya, berpindah duduk ke kursi sebelah. Adam mengambil alih kemudi, melajukan mobil dengan tenang.

Abbygael memandang langit berwarna hitam keabuan yang tertutup banyak awan. Hanya ada beberapa bintang yang bisa dilihatnya dan bulan yang tertutup oleh awan. Adam dan Abbygael sedang berada parkiran mobil di salah satu mall. Mereka berdua hanya diam, memandangi indahnya langit di malam hari.

Adam sangat mengerti keadaan emosi Abbygael dan tidak ingin mengganggu atau pun menambah buruk keadaan. Cukup memastikan keadaan orang yang disayanginya baik- baik saja itu sudah lebih dari cukup.

"Om." Panggil Abby. Pandangnya masih pada langit kota Jakarta dimalam hari.

"Kenapa ?" tanya Adam dengan lembut.

"Om tumben ga bela ayah," Abbygael tertawa dengan ucapannya sendiri yang terdengar aneh.

"Ga semua orang aku bela, bocah." Adam tersenyum.

"Tapikan, om pengacaranya ayah. Ga mau belain client-nya ?"

"Hmm- kamu mau aku belain ayah kamu ?" Tanya Adam.

"Ga tau deh. Terserah om aja."

"Aku jadi penengah aja. Kamu salah, ayah kamu salah." Ujar adam.

"Kok om nyalain aku ? kan yang salah ayah ?" tanya Abbygael tidak terima.

"Satu, kamu engga sopan sudah membentak ayah kamu."

"Ayah juga bentak aku !"

"Kamu itu kalau dikasih tau, kenapa malah dibalikin lagi sih !!!" Adam menarik daun telinga Abbygael.

"Awh, sakit. Orang benar kok." Bela Abbygael.

"Semua orang punya mempunyai kesalahan, Abby. Aku belajar dari pekerjaan aku, kalau sebenarnya manusia itu mudah untuk memaafkan orang lain. Namun, ego mereka yang sangat sulit untuk dikalahkan. Coba kamu bayangin kalau kamu jadi ayah kamu. Ayah kamu menjadi orang tua tunggal untuk membesarkan kamu dan Gabriel. Itu bukan sesuatu yang mudah, berdiri sendiri untuk melindungi kedua anaknya tanpa seorang wanita yang mendukungnya. Ditambah lagi ayah kamu punya posisi yang tinggi dipekerjaannya, tanggung jawab yang dia pegang itu sangat berat."

"Oh iya, aku mau cerita. Tentang ayah kamu, dia orang yang paling berpengaruh dalam hidup aku. Papa aku sudah meninggal sejak aku SMP, mama bekerja banting tulang mencari pekerjaan. Semua pekerjaan dia lakukan mulai menjadi pembantu, menjadi pengasuh anak. Semua dia lakukan untuk bisa membuat keluarga kita makan dengan layak. Hingga pas aku SMA, mama aku meninggal karena kanker, mama ga pernah cerita kalau dia sakit. Aku kira mama hanya sakit biasa, hingga dia pergi. Aku baru tau kalau dia sakit berat, yang tersisi hanya aku dan adikku. Aku ga punya uang lebih untuk kuliah, jadi aku kerja di cafe, aku kerja jadi kurir barang. Hingga aku ketemu ayah kamu saat dia membeli kopi di cafe tempat aku bekerja. Dia panggil aku, dia suruh aku duduk di depan dia. Awalnya aku bingung, kenapa aku disuruh duduk tiba-tiba. Dia tanya aku dengan pertanyan yang sangat aneh."

Little BygaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang