Part 44

877 84 7
                                    

Alan menopang dagunya dengan kedua lengannya. Memandangi gadis yang ada di depannya sedang menggerutu dari siang hingga malam hari tanpa henti. Dari wajah Abbygael sangat terpancar jelas raut kemarahan. Wajah yang memerah dan juga tatapan tajam pada setiap orang yang melirik padanya.

"Gue cape dengar lo ngomel dari tadi." Ucap Alan.

"Lagian ya, mereka itu-" Alan segera menutup mulut Abbygael dengan satu potong tahu berukuran lumayan besar.

"Udah, ya ? Makan aja. Jangan ngomel terus, mending lo makan. Nanti gue yang bayar."

"Kak Alan yang bayar ? Bukannya Om Adam ?" Abbygael melirik Alan dengan tajam.

"Ya, memang abang gue yang bayar. Tapi kan melalui gue."

"Sama aja boong !!!" Ujar Abbygael dengan kesal.

"Seengganya kan melalui. Gapapa lah."

Sudah hampir lima potong tahu masuk ke dalam perut Abbygael. Namun rasa lapar dan kesal gadis itu pun belum hilang. Ditambah lagi mereka sedang berada di pinggir jalan yang berjejer banyak penjual makanan, membuat napsu untuk melampiaskan kekesalannya pada makanan makin meningkat.

"Kak aku mau... Hmm- apa ya ? Yang enak apa ?" tanya Abbygael.

"Makan angin enak." Jawab Alan sambil memeragakan mulutnya seperti mulut ikan.

"Idih. Udah jelek makin jelek." Ejek Abbygael.

"Bocah makin lama makin songong ya !!!" Ujar Alan.

"Biarin." Ucap Abbygael sembari menjulurkan lidahnya.

"Cepetan, lo mau apa ?" Alan meletakan telapak tangannya di atas kepala Abbygael, lalu menggerak-gerakan ke kanan dan ke kiri.

"Sate lilit enak kayaknya. Mau itu aja." Pinta Abbygael.

Alan segera beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Abbygael sendirian di salah satu kursi yang ada di pinggian jalan.

Abbygael memerhatikan sekelilingnya. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang di depannya. Namun pandagannya tertuju pada seorang pria tua. Mungkin tidak terlalu tua. Yang sedari tadi menatapnya dari jauh tanpa henti. Wajah pria itu memang tidak terlihat jelas, tapi arah pandangnya tepat menuju Abbyael yang sedang duduk sendirian di kursi.

"DORRR !!!" Abbygael menegang, hampir saja terjatuh. Alan tertawa dengan keras saat melihat wajah pucat Abbygael.

"Kak ga lucu !!!"

"Lo kenapa ? Pucet banget muka lo."

"Gapapa." Jawab Abbygael dengan cepat.

"Ini..." Alan memberikan satu porsi sate lilit pada Abbygael dan juga air mineral.

"Makasih kak." Ucap Abbygael.

"Iya. Lo dari tadi ngeliatin apa ?"

"Hmm- gatau kenapa dari tadi ada bapak-bapak yang lihatin aku terus. Tapi udah pergi, tadi ada di situ." Abbygael menunjuk pada jalan yang ada di depannya.

"Lo kenal ?" tanya Alan.

Abbygael menggelengkan kepalanya. "Engga. Mukannya ga kelihatan begitu jelas."

"Owh... Yaudah dimakan makanannya. Paling hanya orang iseng."

Abbygael mulai melahap makanannya hingga habis. Meminum air mineral dalam kemasan hingga kandas dan menyerahkan piring itu kembali pada Alan.

"Kenyang." Ucap Abbygael berbohong. Perutnya sama sekali belum terasa penuh. Namun suasana yang sudah tidak dia suka, membuatnya sangat ingin cepat pergi dari tempat itu.

Little BygaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang