Tangan Abbygael sedang memainkan ujung tali tas yang sedang di gendongnya, berusaha menghapus rasa bosan karena sedang menunggu Adam menjemputnya. Sudah empat hari berlalu dan pekan ujian sudah selesai. Dan sudah empat hari juga hubungannya dengan Gabriel semakin memburuk. Bahkan, sudah empat hari juga Abby belum bertemu dengan kembarannya itu. Walaupun mereka satu atap, namun seakan Gabriel selalu menghindarinya dan menghilang dari hadapannya.
Rafael, ayahnya pun tidak ada kabar. Semua anggota keluarga seperti memusuhinya, hanya ada Adam yang masih bertahan di sisinya. Entah sudah berapa puluh kali Abby mencoba menghubungi ayahnya untuk memberitahu tentang janjinya pergi ke psikiater, hasilnya adalah nol besar.
Drett...drett...
Kak Prisil calling...
Abbygael mengangkat salah satu alisnya, bingung. Tidak bisanya anak dari sahabat ayahnya yang sudah dianggap sebagai kakaknya menghubunginya tiba-tiba.
"Hai, kak."
"Hai Abby, gue kangen banget sama lo."
"Aku juga. Kakak apa kabar ?"
"Gue baik. Lo gimana ? Udah selesai ujiankan ?"
"Udah, hari ini selesai semua. Oh iya, tumben kakak menelfon aku. Biasanya kalau kakak mau main langsung ke rumah."
"Hmm, gue mau ketemu lo di luar rumah bisa ? Ada hal yang penting. Eh, ga terlalu penting sih. Tapi intinya gue mau ketemu lo di luar."
"Bisa kak. Kakak mau kapan ?"
"Nanti malam, lo bisa ?"
"Akan aku coba."
"Okey, Nanti alamatnya gue kirim. Makasih By, gue sayang banget sama lo, sampai ketemu nanti malam. Bye adik gue yang cantik."
"Bye, kakak gue yang gaul."
Sambungan terputus, Abby menatap layar ponselnya dengan sendu ada Gabriel, ayahnya dan dia sebagai wallpaper . Lalu memasukkannya ke dalam kantongnya kembali.
Tin...tin...
Mobil putih berhenti di hadapannya. Adam keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah Abbygael lalu mengambil alih tas ransel yang bergelantung di pundak perempuan itu.
"Aku lama ya ? Maaf ya. Jalanan macet banget, lagi jam makan siang." Adam membuka pintu mobil untuk Abby, lalu mempersilakan sang tuan putri masuk dan menutupnya kembali.
Adam berjalan dengan cepat mengitar mobil, lalu masuk ke dalam. "Kamu kenapa ? Kok kayak sedih gitu ?"
"Aku gapapa. Aku sudah buat janji sama dokternya jam satu."
"Okey, kamu sudah makan belum ?" Adam memutar badannya menghadap Abby, lalu tersenyum dengan lebar.
"Om kenapa ? Kok senyum gitu." Abby menatap Adam dengan curiga.
"Gapapa," Adam kembali memfokuskan pandangannya pada jalan, mengabaikan Abbygael yang terus menatapnya dengan aneh.
Abby baru saja pulang dari rumah sakit. Semua tubuhnya sudah terasa remuk, otaknya lelah dan matanya hanya sisa beberapa watt. Belum lagi perutnya yang sakit akibat belum makan malam. Lengkap sudah semua yang dialami Abbygael hari ini.
"By. Kamu makan dulu baru istirahat, perut kamu dari tadi siang kosong."
"Aku ngantuk banget, mau langsung tidur aja. Bye om, makasih udah mau ada disamping aku dan ga kabur." Abbygael mendekat ke arah Adam. Melebarkan tangannya, lalu memeluk Adam dengan erat.
"Jangan banyak pikiran, jaga kesehatan, pola tidur kamu harus teratur dan minum obat." Adam membalas pelukan Abby, mengecup kening anak perempuan manja yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...