Abbygael menggerutu dalam hatinya karena Gabriel tidak membangunkannya. Belum lagi semua supir yang berada di rumah mendadak menghilang dan kunci mobil yang bisa ada di laci dekat dapur mendadak menghilang juga. Jam yang ada di ponselnya sudah menunjukkan pukul 08.12.
Dengan kesel, Abbygael memanggil salah satu ojek pangkalan yang berada di dalam kompleks rumahnya. Tarikan nafas lega pun keluar dari hidung Abbygael karena gerbang sekolah belum tertutup. Abby turun dari ojek dan masuk ke dalam sekolah.
"ABBYGAEL !!!" Abbygael memaki dalam hati karena guru piket yang baru saja meneriaki namanya.
"Pagi Ibu, Cantik banget sih. Tapi sayang alisnya ketebalan" ucap Abby.
"Kurang ajar kamu ya. Cepat taruh tas kamu di kursi itu Lalu kamu ambil sapu di gudang, terus kamu sapu satu koridor ini. Dari sini sampai sana, setelah itu kamu baru boleh masuk ke dalam kelas. Kamu ngertikan ?"
"Lah, saya murid mau belajar bu. Kok malah saya kayak babu," protes Abby.
"Kamu ini sudah telat, banyak omong lagi. CEPAT LAKUKAN ATAU KAMU SAYA ABSEN TIDAK MASUK." dengan malas Abby meletakan tasnya di bangku yang ada di lobby sekolah, lalu berjalan ke gudang sekolah untuk mengambil sapu.
Abbygael mulai menyapu koridor yang penuh dengan sampah. Walaupun masih pagi tapi entah mengapa koridor ini sudah sangat kotor. Entah sampah kertas, botol ataupun bungkus makanan.
Untung saja skill menyapu Abbygael sudah sangat bagus karena sering dihukum oleh Ayahnya. Jadi tidak perlu diragukan lagi kalau dengan cepat Abbygael menyelesaikan hukumannya.
"Selesai juga," ucap Abby pada dirinya sendiri.
Mata Abbygael mendadak melebar karena melihat satu botol minuman yang keluar dari dalam jendela salah satu kelas dan jatuh di koridor. Dengan langkah besar Abbygael mengambil botol itu, lalu membuka pintu kelas yang mengeluarkan sampah dengan kesal. Keadaan kelas sedang yang tadinya gaduh karena tidak ada guru yang mengajar mendadak diam karena kedatangan Abbygael yang secara mendadak. Matanya mencari siapa yang duduk di dekat jendela.
"Lo yang buang sampah dari jendela ?" Abbygael manatap siswa laki laki itu dengan tajam.
"Masalah lo apa ?" Siswa laki laki itu menatap Abbygael dengan remeh.
"Mata lo ga butakan. Gue udah cape bersihin koridor, lo malah nambahin sampah. Bodoh." maki Abbygael.
Kelas sudah sangat hening dan mencekam. Tidak ada yang mengeluarkan suara kecuali Abbygael dan siswa laki laki yang membuang sampah tadi.
"Loh, lo bukannya emang babu." ucapnya mengejek.
"Kalau mau ngomong dijaga. Nih, buang sampah yang benar sebelum lo yang jadi sampah masyarakat!" Abbygael meletakan botol itu di atas meja siswa laki-laki itu, lalu melangkah pergi.
Baru beberapa langkah saja kaki Abbygael berjalan, kepalanya sudah terkena lemparan botol. Abbygael menatap botol itu dengan tajam lalu mengambilnya. Dengan keras Abbygael melempar botol plastik itu tepat ke arah bibir siswa. Lalu beberapa saat bibir siswa itu mengeluarkan darah, karena mengenai bagian tutup botol plastik yang lumayan tebal.
"Bajingan." umpat Abby.
"Berdarah bangsat !" maki siswa itu, lalu berdiri dari bangkunya. Siswa itu berjalan ke arah Abbygael, lalu menarik kerah baju sekolah yang Abbygael kenakan.
"Dasar cewek gatau diri." Makian pun keluar dari dalam mulut siswa laki-laki yang sudah menatap marah pada Abby, lalu menjambak rambut Abbygael dengan sangat kencang.
Mata Abbygael menajam. Dengan keras Abbygael menendang tulang kering siswa itu hingga siswa itu terjatuh di tempat.
"Lo itu cowok, tapi kok kayak cewek ya. Banci," ejek Abbygael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...