KALAU ADA TYPO KASIH TAU YAAA JANGAN LUPAAAA OKEEEE MAKASIHHHH
"Oma ga ikut masuk ?"
"Tidak. Oma masih ada urusan. Kamu masuk. Ayo cepat masuk !!!"
Mery membuka pintu yang ada di depan mereka, lalu mendorong Abbygael masuk dengan cepat.
Rafael, pria itu sedang berbaring di atas ranjang berwarna putih dengan infus dan beberapa perban yang melekat pada tubuhnya.
Abbygael berjalan menuju sofa yang ada di sudut ruangan, berusaha tidak melirik pada ayahnya yang sedari tadi sudah menatapnya dengan mata bersinar. Mau bagaimana pun, Abbygael masih memiliki rasa tidak tega pada ayahnya. Dulu saat Abbygael terjatuh, Rafael lah yang selalu menggendongnya dan mengobati luka-luka yang didapatnya. Atau jika Abbygael tidak bisa tidur, Rafael juga lah yang menemaninya. Membaca banyak cerita untuk membuat Abbygael tertidur.
"Abby..." sapa Rafael.
Tidak ada respons dari Abbygael. Mulut dan juga mata gadis itu masih berusaha fokus dengan hal lain.
"Kamu apa kabar, Sayang?" Tanya Rafael.
"Baik." Jawab Abbygael dengan singkat.
"Adam baik ? Dia baik sama kamu ?"
"Iya." Abbygael memainkan ponselnya. Entah apa yang dibuka pada layar ponselnya yang sudah retak itu.
"Kemari. Ayah mau melihat kamu dari dekat. Sudah sangat lama ayah tidak melihat kamu dari dekat."
"Tidak, terima kasih. Saya di sini saja." Tolak Abbygael.
"Kemari Abby." Salah satu tangan Rafael berusaha menarik kursi yang ada di dekat ranjangnya, mendekatkan padanya agar dia bisa melihat anak perempuannya itu.
Dengan malas, Abbygael berjalan mendekat pada ranjang milik Rafael. Abbygael duduk di kursi yang tepat berada di samping ranjang milik ayahnya dan menatap keluar jendela.
"Kamu semakin cantik ayah lihat. Kamu senang dengan mereka ?"
"Ya."
"Adam menjaga kamu-"
"Dia melakukan semua tugasnya dengan benar." Sela Abbygael.
"Ayah senang jika kamu menyukai mereka. Adam dan Alan adalah anak yang baik. Ayah sangat yakin jika kamu akan nyaman dengan mereka." Ujar Rafael.
"Kamu sudah makan ?" Tanya Rafael.
"Sudah."
"Bisa tolong kamu ambilkan dompet ayah di dalam koper ?" Abbygael mengangguk. Berjalan menuju koper milik ayahnya yang ada di dekat sofa.
Dengan perlahan, Abbygael mencari dompet berwarna hitam yang menyelip di antara tumpukan baju-baju milik ayahnya.
Buset, dompet doang tipis. Isinya, ah mantap. Ujar Abbygael dalam hati.
Dompet hitam tipis itu sudah berada di genggamannya. Abbygael meletakan dompet hitam itu di atas perut milik Rafael, lalu kembali duduk di kursi seperti semula.
"Ayah ga bisa memegang dompetnya, By." Ujar Rafael.
"Tadi bisa narik kursi." Ucap Abbygael dengan kesal.
"Sekarang tangan ayah sakit lagi." Abbygael melirik Rafael dengan tajam. Bisa bisanya Rafael beralasan dengan sangat tidak masuk akal.
"Ini udah dipegang. Terus apa ?" Tanya Abbygael.
"Buka. Ambil uang dari dalamnya. Tolong belikan ayah sesuatu di bawah."
Abbygael membuka dompet hitam itu. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah foto keluarga mereka. Rafael, Gabriel dan Abbygael tersenyum dengan lebar. Gabriel mengenakan topi ulang tahun berwarna merah muda dengan sepotong kue yang ada di tangannya. Sedangkan Abbygael kecil memeluk leher Rafael dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Ficção AdolescenteJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...