Part 22

1.2K 88 2
                                    

Adam menatap Abbygael dengan mata tajamnya sehingga membuat Abby tidak dapat berkutik. Sudah hampir setengah jam Abbygael hanya menundukan wajahnya tanpa berani menatap langsung mata Adam. Dan ditambah parah lagi keadaan rumah Abby sangat sepi karna sekarang sekitar jam satu pagi.

Abbygael mengumpulkan semua keberaniannya untuk mengangkat wajahnya dan bertanya kepada Adam.
"Om, ga pulang ?"

"Ga." jawab Adam dengan nada tajam.

"Kok ga pulang om ? Kan udah mau pagi."

"Selama ayah kamu di luar kota saya yang ngawasin kamu dan gantikan posisinya sementara." mata Abby langsung melebar setelah mendengar ucapan Adam.

Saya ? Saya ? Biasanya pakai aku kamu. Eh kok sekarang pakai saya. Gawat nih kayaknya Om Adam lebih galak dari pada ayah. Ucapan ucapan yang ada dikepalanya membuat Abby menjadi semakin takut.

"Duh om. Abby ngantuk nih, Abby bobo duluan, ya." dengan lihai Abby melebarkan mulutnya seperti seorang yang sedang mengantuk dan mengangkat bokongnya dari sofa.

"Saya bilang duduk !"

Dengan susah payah Abby kembali duduk di sofa. Adam mengeluarkan amplop berlambang sekolah Abby lalu meletakannya di depan Abby.

"Kamu sudah dapat surat dari sekolah masih berani keluar untuk bermain main ?" Adam semakin memperhatikan Abby dengan tajam, hingga membuat Abbygael sedikit tidak nyaman.

"Itukan surat untuk ayah. Kenapa bisa ada sama om ?"

"Saya sudah bilang. Selama ayah kamu di luar kota saya yang gantikan posisi ayah."

"Tapikan ini urusan keluarga, bukan urusan perusahaan yang perlu pengacara." Protes Abby dengan berani.

"Saya pengantinya suka atau tidak. Saya tidak meminta pendapat kamu. Jawab pertanyan saya yang tadi."

"Pertanyaan om yang mana ?" Tanya Abby dengan bingung.

"Kamu sudah dapat surat dari sekolah, masih berani keluar untuk bermain main ?"

"Kenapa engga ? Setiap orang perlu." Abby menjawab dengan santai.

"Kemarin surat pemanggilan karena bertengkar, sekarang karena nilai kamu. Besok apa ?" Kini Adam mulai geram dengan jawaban yang diberikan oleh Abbygael.

"Besok ya datang ke sekolah. Gitu aja susah."

"Gampang kamu ngomong kayak gitu ? Kamu ga bisa memposisikan diri kamu jadi ayah kamu ?"

"Apa ayah pernah memposisikan dirinya kayak aku ? Apa ayah pernah bertanya soal permasalahan aku ? Apa ayah pernah ngasih perhatian untuk aku ? Apa ayah pernah suport aku selai dari segi keuangan ? Ga om. Aku hanya ingin bahagia dengan cara yang waras tanpa obat obatan. Karena mencari kebahagiaan dalam keluarga ini mustahil. Karena setiap orang yang ada di dalam keluarga ini hanya tau tentang bisnis, uang, kantor. Tanpa tau masih ada aku yang perlu diperhatiin dan masih perlu kasih sayang."

"Tapi-"

"Ih, asik nih ada yang lagi ribut." Gabriel melewati Adam dan Abbygael yang sedang berdebat dengan senyum lebarnya.

"Semangat Dam, buat debat sama Abby. Dia kalau debat jago banget, tapi pasti habis debat masuk kamar nangis." ledek Gabriel dengan tawa keras.

"GABRIEL !" Abby menatap kembarannya itu dengan geram dan sudah mengambil ancang ancang untuk mengejer Gabriel.

"Duduk, saya belum selesai."

"Aku mau tidur. Om mau ikut ? Ya sudah kalau om gamau." Abbygael dengan buru buru langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.

Little BygaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang