Abby masih menutup mulutnya dengan sangat rapat, sejak kejadian pagi tadi. Kepalanya masih tertunduk tak berani menatap siapa pun termasuk Adam dan Gabriel yang menjemputnya dari kantor polisi. Namun sekarang hanya ada Adam yang berada di dalam mobil bersama Abby. Sedangkan Gabriel yang membawa mobil hitam milik Abby.
Abby dapat melihat Adam yang berpakaian sangat formal dan dengan wajah yang tenang sedang mengendarai mobil.
"Kamu mau sarapan apa ?" Tanya Adam dan tidak mendapatkan balasan apa pun dari Abbygael.
"Kamu dari kemarin malam belum makan apa pun. Kita beli makanan ya ?" Abby masih diam dan menundukkan wajahnya.
Adam menarik nafasnya panjang, lalu salah satu tangannya mengelus puncak kepala Abby dengan lembut. Sedangkan Abbygael masih diam seperti sebelumnya. Adam membuka pintu untuk Abbygael keluar dari mobil dan mengulurkan tangannya. Namun, Abbygael langsung keluar dengan cepat dan berlari ke dalam rumah menuju kamarnya. Abby mengunci kamarnya sebelum Adam sempat menyusulnya.
"Abby." panggil Adam.
"Abby buka." perintah Adam.
Abby melempar hampir semua benda yang dia lihat. Semua kaca yang ada di kamarnya telah pecah, termasuk jendela kamarnya. Meja, kursi belajar dan semua yang ada di atas mejanya sudah hancur. Termasuk bingkai foto keluarga yang berisi Rafael, Gaby dan dia. Namun dari semua benda yang ada di kamarnya hanya ada satu yang tidak dia sentuh yaitu foto mamanya, Keysia.
Abby duduk di atas tempat tidurnya dengan foto Keysia yang ada di pangkuannya. Air matanya mengalir membahasahi seluruh pipinya dan terjatuh di atas bingkai foto Keysia.
"Ma, Abby cape !" keluh Abby memandang foto mamanya.
"Abby, sudah benar benar lelah."
"Abby, mau ikut mama." pintanya.
"Abby orang jahat, Abby sudah menghilangkan dua nyawa. Apa Tuhan masih mau terima Abby ?"
"Kenapa mama sangat sulit untuk Abby lihat belakangan ini ?"
Abby menangis dengan sangat kencang. Tangannya dengan erat memeluk bingkai foto Keysia hingga pecah di dalam dekapannya . Serpihan kaca yang tertancap disekujur lengan Abby mengeluarkan darah dan jatuh tepat di atas foto Keysia dan tempat tidurnya.
TOK...TOKK...TOKK....
"Abby, keluar sayang." panggil Adam. Abby masih terus menangis di atas tempat tidurnya dengan tangan yang menjambak seluruh rambutnya.
"BY, TOLONG KELUAR SEBENTAR." teriak Adam dari luar.
Abby memegang potongan kaca yang lumayan besar, lalu mengarahkan ke pergalangan tangannya. Potongan kaca itu sudah berada tepat di atas pergelangan tangannya. Abbygael menekan potongan kaca itu untuk menggesek kulit langannya.
BRAK...
Abbygael langsung melempar potongan kaca itu dari genggamannya ke arah sembarang. Adam dan Gabriel yang melihat keadaan Abbygael yang sudah sangat kacau segera menggendong Abbygael keluar dari kamarnya dan membawa ke rumah sakit untuk mengobati luka di sekujur lengan Abby.
Adam sedang memperhatikan Abbygael yang sedang diobati oleh seorang suster. Adam menatap Abby dengan sedih, Abbygael yang dia lihat di depannya jauh berbeda dengan Abbygael yang beberapa bulan lalu dia temui di pusat perbelanjaan. Abbygael yang dulu dia temui sangat ramah dan mudah tersenyum. Namun sekarang yang ada di depannya sangat berbanding terbalik. Tidak ada senyum ramah, tidak ada tawa, tidak ada celotehan asal yang dikeluarkan mulutnya.
"Lukanya jangan terkena air ya. Saya permisi." suster itu keluar dari ruangan.
Abby menundukkan wajahnya kembali dan tatapannya kini sudah menjadi kosong. Adam berjalan mendekat ke arah Abbygael dan mengelus pelan puncak kepala Abbygael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...