Abbygael memasangkan tali pengikat pada Bony dan Lucy. Semua sudah lengkap sepatu lari, celana lari pendek dan kaus polos berwarna hitam tidak lupa juga ponselnya yang sudah berada dikantong.
"Ayo anak anak. Waktunya kita jalan jalan," mendengar perintah dari Abby, kedua anjingnya itu dengan senang berlari kesana kemari, sehingga membuat Abby sedikit susah mengendalikannya.
Didepan gerbang rumahnya, Abby sudah disuguhkan dengan pemandangan yang kurang menyenangkan. Salah satu penjaga rumahnya sudah menjelma memakai pakaian santai.
"Aku tidak perlu pengawal. Aku hanya ingin berjalan jalan mengelilingi kompleks," ucap Abbygael dengan nada datar.
"Tidak bisa Nona. Sudah peraturan," ucap penjaga itu dengan tegas.
"Terserah." dengan kesal Abby berjalan keluar dari halaman rumahnya.
Abbygael berjalan ke sana kemari, karena kedua anjingnya menariknya. Hingga Abby tiba di taman kompleks perumahan itu. Taman yang dulu sangat sering Abby kunjungi, Taman yang menjadi saksi bisu atas masa kecilnya yang menyeramkan.
Abby duduk di salah satu bangku yang berada di taman itu. Memandangi orang orang yang sedang berolah raga, anak kecil yang sedang bermain dan orang yang sudah lanjut usia sedang menikmati udara di sore hari. Matanya tertuju pada seorang pria tua yang terlihat sudah sangat renta. Duduk sendiri, tanpa ada seorang pun yang mengawasinya atau berbincang denganya.
Abby menarik kedua anjingnya untuk mendekat ke arah kakek itu, lalu duduk di sampingnya.
"Hai. Aku Abby." sapa Abby.
"Hai. Anak manis, aku Paul." ucapnya dengan napas yang sudah terdengar berat.
"Kakek sendirian ?" Tanya Abby dengan nada lembut.
"Ya begitulah," jawabnya dengan senyum.
"Kenapa tidak ada seorang pun yang menemani kakek ?" Tanya Abby dengan penasaran.
"Mereka semua sibuk. Aku bisa mengurus diriku sendiri," Paul menatap Abbygael dengan senyum dan mata sendunya.
"Tapi setidaknya harus ada yang menemanimu. Aku juga mempunyai kakek yang sangat aku sayang,"
"Kamu anak manis yang baik." ucap Paul.
"Kakek bawa ponsel ?"
"Aku ? Ya." Paul mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya.
Abbygael segera mengambil ponsel Paul. Dengan cepat Abbygael memasukan nomor ponselnya ke dalam ponsel Paul, lalu mengembalikannya.
"Jika kakek perlu bantuan atau teman, kakek bisa telefon aku. Okey ?" Ucap Abby.
Paul tersenyum, lalu mengangguk dengan antusias. "Baiklah,"
"Kenapa kamu sangat perduli ?" Tanya Paul.
"Karena aku sangat tau rasanya kesepian. Ngomong ngomong di mana rumah Kakek ?" Tanya Abbygael
"Di sebelah sana," Paul menunjuk rumah berwana putih gading yang lumayan luas.
"Baiklah. Apa Kakek mau aku antar pulang ? Karena ini sudah mau gelap."
"Terima kasih, Abby. Tapi aku masih ingin disini," ucap Paul.
"Kalau begitu berhati-hati lah dan jaga kesehatan Kakek. Aku pulang dulu Kek," Abbygael berdiri, lalu mengambil kedua tali anjingnya dan berjalan menjauhi taman.
Abbygael berjalan melewati salah satu rumah besar berwarna abu abu yang sangat tidak terawat. Banyak rumput yang sudah sangat tinggi seperti tidak pernah dipotong. Lampu tidak ada yang menyala didalamnya, menambah kesan seperti tidak pernah terawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...