TOK TOK TOK
"By..." Gabriel membuka pintu kamar Abby dengan perlahan.
"Kamu lagi ngomong sama siapa ?" Gabriel memperhatikan kamar Abbygael, mencari dengan siapa Abbygael berbicara.
"Ga kok," jawab Abbygael dengan cepat.
"Hmm- Maaf tadi aku ninggalin kamu sendirian disekolah."
"Gapapa kok," Abbygael tersenyum lebar.
'Dia yang menyebabkan kamu seperti ini Abby,'
'Iya, dia yang melakukannya.'
Abbygael menutup kedua telinganya, suara suara yang sangat dia benci mulai kembali terdengar di dalam telinganya.
"Bukan dia, bukan dia." Ujar Abby dengan tangan yang masih berusaha menutup kedua telinganya.
"Kamu kenapa By ?" Gabriel berusaha melepaskan tangan Abbygael yang menutup telinganya.
"DIAM, DIAM, DIAM !!!" Jerit Abbygael.
"ABBY." Bentak Gabriel.
"BISA GA SIH LO BERTINGKAH KAYAK ORANG NORMAL, GA USAH KAYAK ORANG GILA. PERLU GUE SERET LO LAGI KE PSIKIATER ?"
Kedua tangan Abbygael masih menempel pada daun telinganya. Air matanya sudah turun membasahi seluruh pipinya.
"KENAPA SIH LO JADI KAYAK GINI ?"
Gabriel berjalan keluar dari dalam kamar Abby. Meninggalkan Abbygael yang masih menangis dengan keras.
BRAK
Bantingan pintu kamar yang membuat para pekerja yang sedang merapikan rumah terkejut. Namun mereka tidak ada satu pun yang berani bertanya atau mendekat ke arah Gabriel setelah melihat ekspresi dari salah satu majikannya.
"Non, ini bibi." Bibi mengetuk pintu kamar Abbygael. Namun Abbygael tidak kunjung membukanya, hanya terdengar suara tangisan dari dalam kamar.
Abbygael terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukan pukul 00.04. Semenjak pulang sekolah, Abbygael belum mengganti seragam dan juga belum membersihkan tubuhnya. Perutnya pun sudah berbunyi, meminta diisi. Dengan langkah gontai, Abby berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Abby memakai pakaiannya. Celana pendek dan kaus berlengan panjang. Abby berjalan menuju luar kamarnya, semua sudah terlihat gelap. Dengan hati-hati Abby mencari saklar lampu.
Tok...tok...tok...
Abby mengetuk pintu kamar Adam, menunggu sang empunya keluar. Namun, sudah entah berapa kalinya tangan Abby mengetuk tak kunjung ada yang membuka pintu besar didepannya.
Dengan perlahan Abby membuka pintu kamar Adam. Matanya tidak menangkap siapa pun yang ada didalam kamar ini, sangat sepi dan rapi seolah-olah belum ada yang yang memakainya. Namun barang barang Adam masih ada diatas meja dan juga laptop yang biasa digunakan Adam untuk bekerja pun masih ada.
Langkah kakinya membawa Abbygael kembali masuk ke dalam kamarnya. Abbygael mengambil dompet dan juga ponselnya, lalu memakai jaket dan keluar dari kamarnya.
Langkahnya terhenti persisi didepan pos satpam.
"Non mau ke mana ? Ini sudah malam." Kelima satpam yang sedang berjaga menatap Abbgael dengan waspada.
"Bapak lihat Om Adam ga ?" Tanya Abby.
"Tuan Adam dari tadi sore pergi, Non. Katanya ada urusan," jawab salah satu satpam yang bernama Pak Mino.
"Hmm- Bapak mau tamanin Abby keluar buat cari makan ga ? Abby lapar, belum makan dari tadi siang." Ucap Abbygael dengan pelan.
"Tapi Non ini sudah malam. Non minta masakin Bibi saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Novela JuvenilJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...