Setelah kejadian di sekolah tadi siang. Gaby tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepada Abby. Gabriel lebih memilih diam dan membuang wajahnya jika berhadapan dengan Abby.
Dan sekarang Abby hanya bisa di kamar bermain dengan kedua anjing bulldog kesayangannya. Bony dan Lucy adalah nama kedua anjing Abbygael.
Abby sangat menyayangi kedua anjing miliknya, karena keduanya adalah pemberian dari Rafael, ayahnya. Karena Abby sudah bersikap baik selama tiga bulan pada saat umur lima belas tahun.
Dan sekarang Gaby tidak ingin berbicara dengan Abby karena sikapnya yang brutal.
Abby menatap kedua anjingnya dengan bingung. Entah mengapa sudah lima menit kedua anjing itu hanya menatap ke arah jendela kamarnya sambil menggeram. Abby menatap jendela itu dengan kedua matanya yang melebar.
"Aku tau kamu bukan mamaku," ucap Abby dengan keras.
"Pergi dari rumahku wanita jelek." sinis Abby.
Dengan cepat Abby menutup jendela kamarnya, lalu menarik tirai agar tidak bisa melihat ke arah luar.
Abby tau itu bukan mamanya. Mamanya itu cantik dan bercahaya putih, serta selalu tersenyum. Sedangkan wanita jelek tadi tidak mempunyai cahaya seperti mamanya.
Abby melangkahkan kakinya keluar dari kamar, sambil membawa kedua anjingnya bersamanya menuju dapur rumah. Langkah Abby terhenti saat dia melihat mamanya sedang berada di ruang makan. Duduk disalah satu bangku sambil tersenyum mentapnya.
Dengan cepat Abby meletakan kedua anjingnya di lantai rumahnya dan berlari ke arah meja makan, lalu menarik salah satu kursi yang berada tepat disebelah mamanya.
"Ma, maafin Abby ya udah buat mama kecewa. Abby tau abby salah, tapi dia duluan yang bikin abby marah. Dan Gaby juga jadi marah sama Abby. Maaf ya ma," wajah Abby berubah menjadi sedih sambil menatap wajah mamanya yang hanya tersenyum dengan indah.
"By..." Abby menutar kapalanya mencari dari mana sumber suara yang memanggilnya.
Gaby menatap adiknya dengan tatapan menusuk.
"Naik ke kamar, ini sudah malem." ucap Gaby dengan nada dingin.
"Bentar kak. Abby lagi ngomong sama mama," timpa Abby.
"By, kamu dari tadi ngomong sendiri di meja makan." ucap Gaby dengan cepat.
"Engga, tadi mama ada disini-" Abby menatap kursi yang tadi di duduki oleh mamanya sudah kosong.
"Naik kemarmu atau aku akan bilang sama ayah kalau kamu harus kepsikolog lagi,"
"kamu pikir aku gila Gab ?" Tanya Abby dengan sangat pelan dan terdengar isakan dalam nada suaranya.
Tidak ada jawaban dari Gaby. Gabriel hanya diam dan masih menatap Abby dengan tatapan tajam.
"Kita kembar, tapi kamu masih ga bisa ngerti aku." Abby berdiri dari bangku, lalu mengambil kedua anjingnya dan dengan cepat menaiki tangga berjalan ke arah kamarnya.
Gabriel menatap adiknya itu dengan tatapan bersalah. Bukan dia tidak bisa mengerti adiknya, namun dialah yang tidak bisa memposisikan dirinya untuk adiknya.
'Kakak yang buruk.'Gabriel tau Abbygael sanggat tidak suka jika diancam pergi ke psikolog atau terapi kejiwaan lainnya. Tapi melihat tingkah adiknya yang seperti berbicara sendiri, terkadang membuat Gabriel jadi khawatir dengan Abby. Belum lagi sifat Abbygael yang sangat brutal dan emosi yang berubah ubah membuat Gabriel semakin khawatir kepada kembarannya.
Haiii terimakasih sudah membaca ceritaku
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya vote dan komen
Terimakasih❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...