Yuk mari kita lanjutkan part-part terakhir novel ini.
Selamat membaca <3
Adam menyandarkan kepalanya pada stir mobil. Beberapa hari-hari belakangan ini sangat sulit dikendalikan oleh dirinya. Mulai dari dia tidak tahu di mana keberadaan Abbygael, Rafael yang bungkam dengan seluruh pertanyaan yang dia ajukan dan juga masalah di kantornya. Semua seakan menumpuk pada bahunya dan terasa sangat berat.
Seandainya saja Abbygael pergi dengan berpamitan atau mengucapkan sesuatu, Adam tak akan sekhawatir ini. Dia tak akan memaksa Rafael menjawab setumpuk pertanyaan yang mengganggu kepalanya atau menginterogasi Gabriel di bandara saat waktu penerbangannya hampir tiba.
"Argh..." Geram Adam.
Lima belas menit sudah berlalu. Adam kembali mengangkat wajahnya, menarik nafas panjang dan merapikan rambutnya yang berantakan. Adam keluar dari dalam mobilnya, melangkah menuju pintu rumah miliknya yang sudah terbuka semenjak lima belas menit yang lalu.
"Pak, ada surat. Sudah saya letakkan di meja ruang kerja, Bapak."
Adam hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja miliknya yang ada di lantai dua rumah. Adam berhenti sesaat di depan pintu kamar Abbygael, membuka pintu dan sedikit mengintip ke dalam kamar. Masih banyak barang milik Abbygael yang tertinggal dirumahnya, termasuk mobil kesayangan milik perempuan itu pun masih ada di dalam garasi rumah. Adam kembali menutup pintu kamar Abbygael dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja miliknya.
Di atas meja, sudah ada beberapa surat yang menumpuk. Mulai dari amplop besar berwarna cokelat hingga amplop kecil berwarna biru langit. Adam duduk di sofa dan mulai membuka satu persatu surat yang ada, hingga pada surat berwarna biru langit berukuran kecil.
Dear Adam,
Bagaimana kabar kamu ? Aku harap kamu baik-baik saja. Kerjaan kamu bagimana ? Pasti sulit. Ditambah masalah aku yang sedang kamu tangani, pasti aku menambah beban kamu. Maaf, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. Apa setelah aku pergi bebanmu berkurang ? Ku harap ya.
Maaf aku pergi tanpa berpamitan dengan kamu. Aku hanya ingin sedikit mengurangi bebanmu, aku berharap bebanmu berkurang dengan perginya aku. Jika kamu khawatir, tenang saja. Aku baik-baik saja walaupun di sini sedikit panas. Bukan, bukan neraka yang seperti bayanganmu.
Pulau ini sangat indah, aku sangat senang berada di sini. Jadi kamu tidak usah repot-repot mencari aku, karena kamu tidak akan menemukannya.
Aku tidak akan kembali dalam waktu cepat. Aku harap kamu tidak menungguku selama itu.
Adam, terima kasih sudah menjaga aku. Terima kasih untuk segala kenyamanan yang sudah kamu berikan. Jangan menunggu untuk sesuatu yang tidak pasti. Itu saja, aku tutup surat ini.
ABBYGAEL RACHEL WILLIAM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...