Matahari terbit menyinari sebagian isi kamar ketujuh anak ini. Waktu sarapan seharusnya sudah dimulai, tetapi mereka tak kunjung bangun dari tidurnya. Martha dan Bibi Kim yang mengetahui ketujuh anak ini belum hadir di meja makan lantas datang menghampiri kamar dan mengetuk pintunya, tetapi tak ada jawaban. Ia lalu memilih untuk membuka pintu perlahan untuk memeriksanya. Dilihatnya ketujuh anak lelaki itu lelap dalam tidur, lantas Martha dan Bibi Kim masuk untuk membangunkannya.
Bibi Kim dengan lonceng di tangannya berseru, “Pagi Anak-anak, bangun! Sarapan sudah siap!”
Ketujuh anak itu mulai menggeliatkan tubuh, tapi tak kunjung bangun juga. Martha kemudian membuka satu per satu tirai jendela agar sinar matahari dan udara yang sejuk itu masuk membangunkan mereka. Pada akhirnya Martin bangun lebih dulu. Ya, sejak tengah malam usai Jae Hyuk, Jae No, dan Ra Joon terlelap, ia memasuki kamar setelah berdiam diri merenung seorang diri di atap asrama miliknya.
Setelah Martin terbangun dengan menggosok matanya yang berair, lalu Ra Joon, Kim bersaudara, Jae No serta Jae Hyuk beriringan terbangun pula. Matanya masih menyipit karena sinar matahari yang menyembur. Ibu dan Bibi Kim lantas memberitahu mereka bahwa sarapan sudah siap dan sebentar lagi waktunya berangkat ke sekolah.
Saat hendak pergi meninggalkan kamar, Martha serta Bibi Kim teralih perhatiannya akan dengkuran Hae Jin yang menggema.
“Hae Jin tidur lelap sekali ya,” ucap Bibi Kim sambil tertawa kecil menutupi mulutnya.“Dia emang biasa begitu, Bi,” balas Ra Joon masih lemas, lalu menguap.
“Haha, ya sudah, Bibi dan Ibu tunggu di meja makan ya? Sebentar lagi kalian harus pergi sekolah,” ucap Bibi tenang. “Bangunkan Hae Jin ya, nanti?” sambungnya.
Anak-anak itu mengangguk serempak.
Mengenakan seragam biru lengkap dengan rompi serta jasnya setelah mandi dan merapikan rambut, mereka lantas mendatangi meja makan bersama. Ruang makan kali ini tampak ramai diisi oleh anak-anak lain yang bersenda gurau dan berbincang ria di sela-sela sarapan mereka. Ketujuh anak itu seperti baru merasakan keramaian ini lagi setelah sekian lama, karena biasanya mereka selalu pergi sekolah pagi-pagi buta dan melakukan sarapan lebih dulu dibanding anak-anak asrama yang lain.
Tersaji nasi goreng kimchi buatan Martha dan bibi-bibi asrama, ditambah kudapan kue beras serta susu vanila, mereka semua terlihat lahap semangat menyantap hidangan spesial mereka. Suara dentingan piring, sumpit, dan sendok yang beradu, juga suara gemuruh obrolan anak-anak memeriahkan ruang makan yang luas itu.
Namun, lagi-lagi Jae Hyuk menjadi pengecualian. Semenjak bangun dari tidurnya, ia masih saja menutup mulut, menolak siapa pun yang mengajaknya bicara. Kejadian-kejadian mengerikan di hari lampau dan kecurigaannya terhadap Martin membuatnya tak secerah biasanya.
Di antara gemuruh para manusia di dalam ruangan, ada satu yang menjadi pusat perhatian. Seorang gadis kecil yang terdengar mengamuk dan menangis tiba-tiba saja mengejutkan ketujuh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doors: Survive | TERBIT ✓
Mystery / ThrillerEND COMPLETE, BUT PLANNED TO REVISE - 𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 : 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐬𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐠𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐁𝐮𝐬𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐩...