[18] Bad Smells

778 152 8
                                    

Keesokan harinya. Ponsel berdering dan bergetar bersamaan di pagi hari saat mereka masih terlelap. Satu per satu anak bangun, Jae No menjadi yang pertama. Lelaki itu memeriksa ponselnya karena ada banyak pesan yang muncul. Ia membacakan pesan itu satu per satu dengan lantang sampai semua anak terbangun. Libur sekolah selama tiga hari menjadi pengumuman yang membuat mereka sedikit terhibur. Setidaknya, lelah mereka berkurang karena tidak ada tugas yang menumpuk.

Jam berdetak menunjukkan pukul tujuh pagi. Jae Hyuk, Hae Jin, dan si kembar sudah kembali terlelap, mendengkur begitu nyenyak. Sedangkan Jae No di atas kasurnya mengambil beberapa buku untuk dibaca. Martin yang tenang bersandar, dan Ra Joon sibuk dengan ponselnya. Keheningan pun tercipta kala mereka tenggelam dalam dunianya masing-masing. Martin lantas memejamkan matanya, menyilangkan kedua tangan sambil bersandar pada bantal putihnya.

“Eh, ngomong-ngomong, Bibi Kim umurnya berapa sekarang?” tanya Ra Joon memecah keheningan. Matanya tertuju pada ponselnya yang menampilkan foto mereka bertujuh bersama Bibi Kim di halaman asrama dua tahun lalu.

“Ehm, sepertinya 57, lebih muda dua tahun dari Mama,” jawab Martin kembali membuka mata.

“Hah? Serius?! Sama sekali tidak ada keriput sampai sekarang. Wah, gila. Badannya juga masih bagus, cantik sekali. Kukira masih tiga puluhan,” sahut Ra Joon terkejut, menganga.

“Shht, jangan keras-keras,” lontar Jae No pada Ra Joon, melihat Hae Jin yang terus membolak-balikan tubuhnya saat tertidur.

“Oh, iya,” bisiknya sambil menutupi mulut.
“Tapi kamu serius, Martin? Ibumu berarti … hampir enam puluh tahun?” tanya Jae No setengah berbisik, lalu mengerutkan kening ikut tak percaya.

Martin mengangguk. “Hm, ya, serius. Dari aku kecil Bibi Kim sudah bersama Mama tinggal di sini. Jadi, aku sedikit tahu tentang … mereka,” jawabnya tersenyum simpul. Keduanya mengangguk masih tak percaya.

“Apa … sudah menikah?” tanya Ra Joon penasaran
.
“Kenapa? Kamu mau menikahimya?” celetuk Jae No jahil.

Aish! Tidak lah, aku cuma tidak pernah melihat Bibi Kim dengan keluarganya.”

“Ehm, sebenarnya Bibi Kim dulu sudah pernah menikah, tapi suaminya meninggalkan dia, dan aku sempat tidak sengaja melihat pertengkaran itu. Mereka bertengkar di sini,” jelas Martin. Mulut kedua anak penasaran itu menganga kembali. Menautkan kedua alisnya, merasa kasihan.

“Kasihan Bibi Kim, padahal baik, benar-benar baik,” ucap Ra Joon cemberut.

“Apa ya, rahasia awet mudanya? Hahah,” sahut Jae No.

“Selalu berbuat baik, tidak seperti kamu,” timpal Ra Joon. Jae No hanya melirik sinis.

Setelah itu Martin hanya tersenyum tipis menatap mereka berdua bergantian, lalu memilih kembali memejamkan mata. Sementara Hae Jin yang terlihat tak begitu nyenyak langsung menutup diri dengan selimut hingga kepala. Diam-diam ia membuka ponselnya di dalam sana. Mencari-cari informasi sesuatu yang terus berbayang di kepalanya. Hingga, wajahnya memerah, membuat pikirannya makin tak sejernih biasanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Doors: Survive | TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang