[4] You're Not Alone

1.3K 205 7
                                    

“Hei, kalian! Berhubung kita pulang lebih awal hari ini, kita jenguk Jae Hyuk, yuk? Ibu mengirim pesan tadi, Jae Hyuk sudah di rumah sakit dari siang. Dia pingsan lagi di kamar, katanya.”

Semua mata langsung membulat pada Jae No yang kali ini tengah membuka ponselnya usai membaca satu pesan dari Martha. Martin yang sedang memasukkan buku-buku ke tas lantas menatap Jae No dan menautkan kedua alisnya.

“Apa dia sempat sadar?”

Jae No mengangguk ragu. “Sepertinya iya,” ucapnya.

“Ya, kita harus ke sana sambil bawa es krim dan wafel agar dia kembali semangat,” tukas Hae Jin sambil menaikkan ranselnya ke punggung. Ia terlihat sudah sangat siap untuk pulang sekolah lebih awal. Teman-temannya yang lain lantas mengangguk semangat dan tersenyum antusias.

“Eh, jangan lupa! Kunjungi Arlie dan Jeje dulu ke kelasnya,” tambah Ra Joon.

“Ah, iya, ayo!” Hae Jin menjawab girang.
Berjalan menyusuri lorong dan menuruni anak-anak tangga bersama penuh semangat, akhirnya terlihat di depan sana kelas 2-A tempat Charlie dan Jean berada.

“Ya! Kim bros!” teriak Jae No sambil melambaikan tangan tinggi-tinggi dan semringah membuat lekukan sabit di matanya.

Kedua anak kembar yang dipanggil itu pun serempak menoleh dari balik jendela dan tersenyum lebar.

“Jae No hyeong!” sahut mereka bersamaan.
Hae Jin lalu menengok kedua anak kembar itu dari ambang pintu, mereka baru saja merapikan barang-barangnya ke dalam tas, padahal kelas mereka sudah gelap bahkan sudah kosong. Menunggu kelima kakaknya untuk menjemput, rupanya mereka menghabiskan waktu sembari bermain game lebih dulu di ponselnya.

Martin mengajak kedua anak itu untuk pergi menjenguk Jae Hyuk di rumah sakit selagi ada kesempatan pulang cepat hari ini. Keduanya pun tentu bersemangat dan mengangguk pasti akan ajakannya. Mereka akhirnya berjalan bersama menyusuri lorong besar menuju gerbang keluar sembari berbincang ria. Sembari berjalan, Hae Jin merangkul Jean erat.

“Wah, tidak terasa tinggi Jeje sudah mau melebihi tinggiku,” ucap Hae Jin tak percaya, membuat Jean tersipu malu.

“Makan apa kamu, Je? Perasaan makanan kita sama terus dari kecil,” timpal Ra Joon.

“Gen dia memang sudah bagus, tidak usah iri begitu,” balas Hae Jin menggodanya. Ra Joon merapatkan gigi, dalam hati ingin sekali memukul kawannya itu.

“Ya, Ra Joon-ah! Dengan tinggimu yang segitu, kamu bisa lihat apa kira-kira?” pekik Jae No ikut menjahilinya.

Ra Joon membelalak. “IQ-mu! Puas?”

Jae No tertohok. Merasa ada banyak tamparan di dalam hatinya. “Ya! IQ-ku tidak serendah itu ya!”

“Hahaha. Aku suka itu.” Hae Jin terbahak sambil bertepuk tangan mendengar tanggaoan Ra Joon.

“Kamu yang mulai!” timpal Ra Joon pada Hae Jin. Namun, Hae Jin masih dengan tawaan jahilnya.

“Ah … tidak perlu didengar ya, yang seperti itu, aneh,” bisik Martin pada si kembar, lalu berjalan cepat mendahului mereka diiringi tawaan kecil.

“Ah … tidak perlu didengar ya, yang seperti itu, aneh,” bisik Martin pada si kembar, lalu berjalan cepat mendahului mereka diiringi tawaan kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Doors: Survive | TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang