[17] Suspiciousness

700 151 19
                                    

Tengah malam itu menjadi hari menegangkan mereka, lagi. Charlie menceritakan seluruh alur mimpinya dengan panik, napas yang tersengal, dan rasa panas dingin di tubuh. Usai dikejutkan dengan teriakan Charlie, mereka semua terbangun, bahkan anak-anak dari kamar lain berdatangan ke kamar mereka bertujuh.

Namun, alibi Ra Joon meyakinkan semua anak bahwa terjadi kesalahpahaman di antara mereka. Charlie lagi-lagi ditenangkan, mereka semua berkumpul di atas karpet di tengah-tengah antar ranjang mereka.

“Kenapa ada nama Mama di sana?” tanya Martin.

Charlie menggeleng pelan. “Dan habis itu Charlie terlempar lagi ke suatu tempat, rumah putih—”

Rumah putih lagi?” gumam Martin bermonolog.

“Rumahnya kotor, berlumut, banyak rumput liar, dan berantakan, seperti sudah lama tidak terpakai. Saat itu, Arlie lihat ada satu foto yang keluar dari bingkainya. Dan … ada Kak Jae Hyuk di sana, duduk di kursi tinggi, pakai kemeja biru malam, rambut lurus terpotong rapi, senyum, dirangkul oleh dua orang dewasa yang sepertinya itu … orang tua Kak Jae Hyuk.”

Mendengar itu, Jae Hyuk mengernyitkan dahinya lagi lebih kuat. “Kenapa ada aku?” tanyanya.

Charlie menggeleng. “Rumah putih itu juga sepertinya sama persis seprti rumah yang ada di mimpi Kak Jae Hyuk dulu, Charlie yakin ini bukan cuma mimpi.”

“Bagaimana wajah mereka?? Wajah orang tuaku dalam foto itu?” tanya Jae Hyuk panik.

“Mereka cantik dan tampan, rapi dengan tuxedo dan berdasi, gaun biru tua, rambutnya terurai panjang, dan aku sangat yakin anak yang mereka rangkul memang Kak Jae Hyuk.”

Jae Hyuk makin tertohok. “Kita cari sekarang! Orang tuaku pasti masih di sana!”

“Stop, stop, Jae Hyuk! Kamu tidak dengar tadi rumahnya sudah tidak berbentuk, semua berantakan dan sudah rusak,” timpal Martin. “Kita juga tidak punya ide di mana rumah itu berdiri,” sambungnya.

“Kenapa sih, Martin? Setidaknya aku tahu dari mana asalku, Martin! Aku ditemukan Ibu di Rumah Sakit Busan, artinya tempat asalku tidak akan jauh dari sana! Dan kalau ini benar, aku bisa buktikan kalau Ibu dan kalian semua ... pembohong.”

“Pembohong apa sih, Jae?!”

“Aku hanya berharap kehidupan tenang di sini, karena Ibu dan kita sudah setuju tidak akan ada yang mengadopsi kita karena Ibu sudah terlalu menganggap kita anaknya. Tapi, kenapa semua jadi runyam begini? Kenapa harus kalian yang aku curigai?” pekik Jae Hyuk sesak.

“Jae, tenang, kamu sudah terlalu banyak menimbun beban pikiran. Tenang, jangan ribut, dengarkan Charlie dulu sampai selesai,” tutur Jae No seraya merangkulnya. Jae Hyuk pun sedikit demi sedikit mendingin, ia diam, menunduk geram.

“Ayo lanjut,” tegas Martin.

“Ini bagian yang paling menyeramkan. Arlie lalu cari keberadaan ruang bawah tanah, karena kalau rumah itu sama dengan rumah yang ada di mimpi Kak Jae Hyuk dulu, berarti ruang bawah tanah itu harusnya memang ada, dan ternyata benar. Arlie langsung turun ke bawah, gelap sekali di sana. Sampai Arlie dengar ada dentuman keras dan suara dua orang wanita meminta tolong. Suaranya terdengar pedih sampai Arlie spontan mendobrak pintu itu.” Charlie diam sejenak menghela napas. Semua menunggu.

The Doors: Survive | TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang