Hari makin pagi, sementara ketujuh anak itu bahkan belum tertidur. Mereka tetap terjaga karena pertengkaran tiada akhir itu. Waktu tidur mereka pun akhir-akhir ini sering kali terganggu, membuat kepala mereka serasa ditimpa bebatuan berat. Makin frustrasi dan makin cemas, sayang sekali ketujuh anak muda itu harus merasakan sulitnya hidup di masa remajanya.
Mereka semua kini terbaring di masing-masing kasurnya, saling berusaha memejamkan mata berharap bisa tertidur nyenyak. Namun, tidak, mata mereka justru makin berair dan memerah. Membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang sampai merasa gemas sendiri dan akhirnya berteriak menahan kesal, salah satunya adalah Hae Jin.
“AH! TIDAK BISA TIDUR!” teriaknya mengeluh sambil memukuli kasurnya seperti anak kecil.
“Berisik!” timpal Jae No yang tengah membaca novelnya.
Hae Jin diam, tetapi matanya mendelik tajam. Bibir bergelombangnya maju, merasa sebal.
“Jae Hyuk tidur?” tanya Hae Jin melempar pandangannya pada Jae Hyuk yang diam meringkuk.
Lelaki itu menggeleng di depan sana, tanpa suara.
“Kita juga tidak bisa tidur, Kak,” adu Jean bersandar di bantalan kasurnya, membiarkan Charlie melamun di pundaknya.
Hae Jin menghela napas, lalu mengacak wajahnya kasar hingga kepala. Pandangannya kini terhenti pada Jae Hyuk kembali. “Jae Hyuk, tadi malam kamu kenapa? Sakit perut?”
Yang ditanya meringkuk terpaku mengingat sosok Yuri yang mendatanginya.
“Ceritanya panjang,” jawabnya lelah.
“Kamu benar melihat sesuatu, ‘kan?” timpal Martin.
Jae Hyuk mengangguk.
“Kamu tahu, Martin?” tanya Hae Jin.
“Aku cuma sempat lihat dia bertingkah aneh di depan pintu dapur ... berbicara sendiri,” jawabnya tenang, tetapi tubuhnya bergidik ngeri. “Tapi akhirnya Jae Hyuk tiba-tiba jatuh kesakitan, aku bahkan tidak melihat apa pun di dekatnya, dia tiba-tiba saja jatuh, tapi …” Martin mengulum bibirnya sesaat. “Tiba-tiba ada Bibi Kim muncul sepersekian detik kedipan mata, dia sudah ada di depan Jae Hyuk kelihatan khawatir, terus dia membawanya ke kamar perawatan,” jelas Martin.
Jae Hyuk menautkan kedua alisnya. “Itu yang kamu lihat, Martin?” tanyanya.
Martin mengangguk cepat. “Aku tidak bohong. Demi Tuhan, aku tidak bohong!” ungkapnya sedikit panik.“Tapi bukan itu yang aku lihat,” ucap Jae Hyuk bangkit dari baringnya. “Sosok Yuri ada di kamar ini kemarin.”
“Hah?!” balas Martin.
Jae Hyuk menghela napas sejenak, lalu menceritakan tragedi yang menimpanya kemarin. Dari awal hingga akhir, Jae Hyuk menceritakan dengan detail pada kawannya meski dirinya kini merasa begitu lelah. Pada awalnya ia malas untuk berbicara, tapi mengetahui perbedaan yang dilihat oleh temannya, dirinya terpancing untuk menceritakan yang sesungguhnya.
Hingga saat ia bercerita di mana tusukan begitu terasa nyata di perutnya, semua yang mendengar sontak membelalakkan mata, bahkan saat Bibi Kim mendadak muncul di hadapan lelaki yang tengah bercerita itu, semua lantas menghela napas dalam-dalam. Bukan karena takut, melainkan tak percaya akan pikiran-pikiran buruknya yang dengan brutal muncul di kepala begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doors: Survive | TERBIT ✓
Mystery / ThrillerEND COMPLETE, BUT PLANNED TO REVISE - 𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 : 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐬𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐠𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐁𝐮𝐬𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐩...