[34] Is This The Ending Of Us?

249 36 1
                                    

“Ditemukan tiga jenazah bersimbah darah di salah satu Asrama Yatim Piatu yang dikenal sebagai Panti Asuhan terbaik juga terbesar di Busan. Dua wanita serta satu remaja laki-laki ditemukan tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan. Diduga ketiganya terlibat dalam perkelahian hebat dan memutuskan untuk saling membunuh, dan satu diantaranya melakukan aksi bunuh diri dilihat dari posisi sentaja yang dipegangnya. Pemilik asrama, serta satu anak kandungnya terlibat dalam pembunuhan ini.

Penyelidikan akan dilakukan lebih lanjut karena ditemukan keenam anak yang terluka parah berada di tempat yang berbeda, juga ditemukan satu buku yang diduga alat untuk pemujaan setan, serta beberapa senjata mengerikan lainnya …”

Warga Busan digemparkan dengan berita mengerikan di siang hari usai para anak di asrama itu menemukan mayat di kamar sang Ibu, lalu menghubungi kepolisian dan ambulans. Warga sekitar kemudian membuat banyak teori tentang berita ini dan banyak berita palsu tersebar di berbagai tv swasta.

Sedangkan keenam anak itu sedari pagi sudah meronta-ronta menghampiri kamar Ibu menangisi kepergian mereka. Keenam anak yang frustasi ini menjerit histeris ditahan oleh beberapa polisi yang datang. Mereka berkali-kali meneriaki nama saudaranya itu, saudara tertua, saudara paling bijak, dan saudara terbaik yang pernah mereka temui. Seolah sudah seperti pemimpin, mereka malah kehilangannya.

Martin.

Rupanya ia tak mampu menahan rasa sakitnya yang begitu dalam. Fisiknya kacau, begitupun hatinya. Merasakan derita yang sungguh dalam karena kehilangan ibundanya, ia ternyata memilih untuk ikut pergi bersamanya.

Sebelum kematian menghampiri anak lelaki itu, ia sempat menggenggam lembut tangan sang Ibu di kamar usai kembali dari dunia lain. Air matanya terus memecah menatap kondisi sang Ibu yang mengerikan. Ia terisak sesak dengan matanya yang terpejam rapat, ia meringis mencoba meminta maaf dan mengucapkan kata sayang untuk yang terakhir kali. Hingga ia tak kuasa lagi menahan derita, ia menyusul Martha, pergi ke alam yang lebih tenang.

“MARTIN KAMU NGGAK MATI! KAMU BECANDA!!” jerit Ra Joon ditahan oleh 2 polisi di belakangnya saat melihat sekujur tubuh Martin yang ditutupi kain putih hendak dibawa oleh tim medis ke dalam ambulans

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“MARTIN KAMU NGGAK MATI! KAMU BECANDA!!” jerit Ra Joon ditahan oleh 2 polisi di belakangnya saat melihat sekujur tubuh Martin yang ditutupi kain putih hendak dibawa oleh tim medis ke dalam ambulans. “Kamu bilang kamu nggak akan pergi … kamu jahat … Martin!” Ra Joon menangis deras hingga urat-uratnya menonjol, wajahnya memerah, tubuhnya meremang.

Mereka semua tak kuasa menahan pedih di hatinya, luka dihati mereka betul-betul menganga lebar, mengetahui mereka lagi-lagi kehilangan seorang yang disayanginya, seorang yang sudah menemani hidup masa kecilnya lebih berwarna, anak yatim piatu itu lagi-lagi kehilangan sosok malaikatnya.

Jae Hyuk yang baru tersadar, berlari kencang menuju halaman asrama dengan jantung yang berdebar-debar. Tubuhnya merinding hebat akan kegelisahannya. Sampai di sana, ia mematung sejenak.

“MARTIN?! BUKAN KAMU YANG HARUSNYA MATI, BUKAN KAMU!!” teriak Jae Hyuk ditahan oleh anak-anak asrama yang lain untuk jangan menghampiri kedua jasad itu.

The Doors: Survive | TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang