Dua hari kemudian.
Di pagi yang cerah, ketujuh anak lelaki itu melakukan rutinitas seperti biasa; mandi, sarapan, berganti seragam yang lengkap, menata rambut, dan menyusun buku-buku tebalnya ke dalam tas.“Aku minta dibuatkan mie kemarin sama Bibi, tapi belum juga dibuatkan. Padahal aku menunggu,” keluhnya.
“Kamu sudah besar, Jae, buat sendiri saja,” balas Hae Jin jahil.“Bibi mungkin lupa, cuciannya banyak, kamu bantu sana cuci-cuci baju,” timpal Jae No terkikik kecil.
“Ish, tidak ada yang benar,” balas Jae Hyuk kembali merapikan alat tulisnya.
Martin diam saja sambil mengulum bibir selagi menguping pembicaraan dari ranjangnya yang berada di pojok ruangan.“Tapi, kamu apa tidak senang sudah kembali sekolah lagi?” tanya Martin.
“Tentu saja senang. Aku lelah jika bangun tidur ada di kasur rumah sakit terus,” jawabnya dengan cemberut. Namun, sekelebat ingatannya kembali menyerang. Kalau aku tanya lagi, apakah akan ada yang menjawab? batinnya gelisah.
“Ayo, Guys! Cepat, nanti bisa telat!” teriak Jae No memecah pikiran-pikiran Jae Hyuk.
“Mobil Mama belum siap. Santai aja,” ucap Martin sambil menggendong ransel hitamnya.
“Kita naik bus,” ungkap Jae No percaya diri.
Yang lain spontan membulatkan mata dan saling menatap.
“Hah? Serius? Kamu kan—”
“Tenang, aku sudah berani. Seorang Jae No tentu tidak mau kalah dengan trauma.”
Mendengar itu, semua kawannya terkejut bukan main. Namun, di balik itu, mata mereka berbinar kesenangan akan pilihan bijak yang dibuat Jae No.
“Yang terakhir sampai kantin, traktir makaaan!”
Teriakan Hae Jin menggelegar memenuhi ruangan kelasnya setelah bel istirahat berdenting. Ia berteriak lagaknya penyanyi rocker, suaranya melengking masuk ke telinga masing-masing orang di sana. Hae Jin tentu kali ini merasa amat bahagia karena formasi saudaranya kembali lengkap, makanya ia seantusias itu untuk pergi ke kantin.
“Ehm, tapi Guys … Jae Hyuk, ayo temani ke toilet dulu sebentar?” Martin menginterupsi.
“Ah … padahal ingin ditraktir Jae Hyuk.” Hae Jin kecewa.
“Sorry, Guys,” lirihnya.
Yang lain pun akhirnya pergi lebih dulu sambil saling merangkul menuju kantin, sedangkan Martin dan Jae Hyuk pergi berlawanan arah menuju toilet. Toilet paling belakang yang Martin pilih. Melangkah melewati lorong-lorong kelas yang sepi, tak ada pembicaraan sama sekali sampai Martin membuka suaranya, canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doors: Survive | TERBIT ✓
Mystery / ThrillerEND COMPLETE, BUT PLANNED TO REVISE - 𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 : 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐬𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐠𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐁𝐮𝐬𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐩...