[2] What Happened to Jae Hyuk?

1.8K 246 12
                                    

Birunya langit tak terasa kini berpadu dengan senja yang jingga. Terlihat di atas sana awan tipis terus beredar mengelilingi langit cantik itu. Semilir angin lembut pun ikut bertiup di luar sana hingga berembus masuk ke arah jendela kayu bercat putih yang agak rapuh dengan dua pintu kaca yang sedikit terbuka. Tepatnya angin itu masuk menuju kamar panti asuhan di mana ketujuh anak lelaki itu tinggal, yang kini sedang disibukkan oleh dunianya masing-masing.

"Hyuk-ie! Tolong tutup jendela, sudah mau gelap," titah Hae Jin dari kasurnya tanpa melirik Jae Hyuk sedikit pun.

Jae Hyuk yang kini tengah berbaring di kasur sambil membaca buku menaikkan satu alis ketika menatap Hae Jin dari balik buku yang digenggamnya. Ia lalu mendongak ke arah jendela miliknya.

"Jendela punyaku sudah ditutup," katanya.

"Jendela punyaku maksudnya!"

Kedua alis Jae Hyuk kini bertaut. Ia bangun seraya mengembuskan napas kasar, melempar kecil bukunya, lalu menautkan jemarinya.

"Hae Jin, jendela kamu jaraknya cuma selangkah dari kasur, kenapa harus menyuruhku?" tanya Jae Hyuk yang posisi kasurnya memang jauh di depan Hae Jin.

Yang ditanya masih tak menatap kawannya, mata dan jemarinya terus sibuk pada ponsel yang digenggamnya.
"Tanggung, belum menang dari Jae No."

Argh! Jae Hyuk di depan sana mulai geram. Namun, ia tetap turun dari kasurnya dan berjalan menuju jendela di samping kasur Hae Jin, lalu menutup dan menguncinya rapat. Tentu dengan terpaksa. Hae Jin di sana melirik sesaat dengan senyum jahil.

"Gumawoyo, nae dongsaeng," ucapnya dengan suara lucu andalannya.

Jae Hyuk hanya berdeham cuek, lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia kini melihat satu per satu saudaranya yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri sembari bersandar pada bantalan kasurnya.

Hae Jin dan Jae No begitu serius bermain video game di ponselnya, Kim bersaudara yang sedang mengerjakan tugas prakarya, juga Ra Joon dan Martin yang kini tengah menonton film bersama di atas kasur Martin di sudut ruangan sana. Jae Hyuk pun kini menengok keluar jendela menatap langit yang perlahan berubah gelap.

"Jangan sibuk sendiri-sendiri, dong. Main game sama-sama, yuk!" ucapnya memecah keheningan.

"Mau main apa?" tanya Jae No sibuk menggerakkan ponselnya ke kanan dan kiri.

"Hmm ...." Jae Hyuk berpikir. "Kita main jenga! Yang kalah, tidur di ruang tamu."

"What?!" teriak Martin tiba-tiba.

Ra Joon di sampingnya buru-buru melepas earphone yang terpasang di telinga, ia terkesiap. Charlie dan Jean pun ikut menganga mengabaikan tanah liatnya yang kini berceceran. Sedangkan Hae Jin dan Jae No yang bersebelahan di sana saling memandang dan tersenyum lebar menampilkan barisan gigi putihnya.

"Aku setuju kalau begitu," ujar Hae Jin melempar ponselnya asal, lalu menuruni kasur dan duduk bersila di lantai kayu kamar mereka, diikuti oleh Jae No yang semringah. Melihat mereka yang antusias, Jae Hyuk melompat dari kasur untuk bersiap di lantai, tepatnya di tengah-tengah barisan ranjang mereka.

"Ra Joon! Ambil jenganya di lacimu!" pekik Hae Jin.

Mendengar titahnya, Ra Joon juga Martin masih melongo di atas kasur. "Kalian serius? Yang kalah tidur di ruang tamu?" Martin gelisah. Sementata Ra Joon mengerjapkan mata berulang sambil menggigit bibir bawahnya.

The Doors: Survive | TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang