Jena melangkah gontai memasuki area kampusnya yang cukup luas, beberapa buku ia genggam guna meringankan beban tas di pundaknya.
"Jenaaaaaa."
Panggilan itu menggema di lorong kampus, sontak membuat sang empu menoleh pada pemanggilnya.
"Halloo???"
Jena hanya memandang datar sebelum melanjutkan langkahnya kembali menyusuri koridor. Ia berdecak kala orang tadi merangkul pundaknya dari belakang.
"Paan si."
"Buset dah sensi amat neng."
Jena sedang malas di recoki, apalagi oleh Jonathan Prawira Bhisma-si tengil yang kerjanya menganggu ketenangan Jena.
Beberapa hari kebelakang, laki laki yang akrab di panggil Jo itu tengah berlibur di Jerman. Hari hari Jena cukup tenang karena ketidakhadiran Jo selama ini. Namun sepertinya ketenangan itu akan berakhir sebentar lagi-oh atau mungkin sudah berakhir saat ini.
"Kenapa lo gak selamanya aja sih di Jerman?" Tanya Jena sedikit menggerutu.
Jo mengibaskan rambutnya angkuh, memandang ke depan dengan mata memicing. "Gua sih mau aja ya tinggal di Jerman. Tapi kasian, lo kan bukan dilan, takutnya gak bisa nahan rindu."
Jena berdecih. "Gua? Rindu ama elu? Ngimpi sono."
Jo tertawa menanggapi. Ia suka berinteraksi dengan Jena. Bisa dengan bebas blak blak-an meski perempuan itu bereaksi sarkas.
Jena sendiri tidak menganggap kehadiran Jo merugikan hidupnya. Malah laki laki itu cukup membantu dalam menjalani hari. Seperti membuatnya tertawa, membuatnya kesal, yang setidaknya itu tidak membuat bosan.
"Gimana dah kabar lo?" Jo bertanya.
"Ya lo liat, baik kagak gue?"
"Yaelah neng, sensi amat si, hamil ya?"
"Jaga ya cocot lu!"
Jena bergerak melepaskan rangkulan Jojo di pundaknya, beban disana sudah berat, ditambah lengan Jojo yang isinya otot semua.
"Kabar gue baik, Je."
"Siapa?"
"Gue."
"Yang nanya, bego."
"Bangke ah, Aljena!"
Perempuan itu tertawa, sementara Jojo mengubah posisinya menjadi di depan Jena-berjalan mundur sementara Jena tetap melangkah maju.
"Gimana gimana? Udah suka sama gue belum?" Laki laki itu bertanya, bibir Jena mengerucut sebal.
"Ngarep."
"Tutor dong, caranya dapetin hati lo."
"Caranya???"
Jojo mengangguk semangat.
"Caranya itu..."
Jena menggantung ucapannya, sementara Jojo setia menunggu. "Lo harus bikin gua suka ama lo, itu caranya."
Seketika pundak Jo merosot, "ya gua tanya gimana caranya bikin lo suka ama gua anjrit???"
Kemudian Jena merasakan jitakan di kepalanya, ia terkekeh kecil. "Jangan, Jo"
"Hah?"
"Jangan suka sama gue."
.
.
Sudah menjadi rutinitas tersendiri bagi Aljena yang sering duduk merenung di kantin. Memesan makanan karena perutnya keroncongan, yang pada akhirnya makanan itu tidak tersentuh sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALJENA-[END]
Teen FictionAljena Claudia, seorang mahasiswi semester akhir yang tengah kelimpungan dalam menyusun skripsi. Beban hidupnya kian bertambah saat sang papa dengan kurang ajarnya menyuruh dia untuk segera menikah-yang katanya demi menyetujui kontrak kerja sama den...