#20.

18.7K 666 8
                                    

"Pelan pelan!"

Daniel bergumam, fokus membuka perban pada luka Aljena agar tidak menimbulkan rasa sakit bagi sang empu. Beberapa sudah terlepas dan ia sisihkan pada keresek sampah.

"Sudah."

Jena menghela nafas. "Perih.."

Daniel melirik wajah Jena yang kusut, helaian rambut yang menutupi wajahnya ia singkirkan ke belakang.

"Jangan tidur terlentang, nanti tertekan," beritahu Daniel sambil mengusap punggung Aljena pelan. Ada rasa iba di hatinya saat melihat perempuan itu terus meringis kesakitan.

"Tidur ya."

Jena merengek sebagai tanggapan, takut rasa sakitnya semakin bertambah. Ia susah memposisikan diri untuk tidur karena lukanya berada di bagian punggung.

"Sini," titah Daniel sambil menepuk pahanya lembut.

"Apa?"

"Tidur."

"Eng—" belum sempat Jena menolak, Daniel sudah lebih dulu berbicara.

"Tidur, gak usah takut. Saya awasi."

"Tapi om juga harus tidur."

"Saya biasa lembur."

Perempuan itu menguap, rasa kantuk menyerangnya. Jena lantas mengangguk, memposisikan diri membelakangi Daniel, lalu bersandar pada dada bidang laki laki itu.

"Kalau sakit, tidurnya hadap samping aja."

Jena menggeleng cepat. "Empuk kok."

Dibelakangnya, Daniel tersenyum geli.

"Thank you," bisik Jena sebelum terlelap.

Daniel mendekat untuk memberikan kecupan di kening Jena yang sudah tertidur dalam dekapannya.

🌷🌷🌷

Jena terbangun saat cahaya matahari mulai menyusup mengganggu indera penglihatannya. Punggungnya masih bersandar ke belakang, dikejutkan oleh tangan kekar yang melingkar ke depan, mendekap tubuhnya dengan lembut.

Jena menoleh, menemukan Daniel yang masih menutup mata. Ia memandang takjub pada pahatan tuhan serta kulit bersihnya yang tersorot sinar matahari pagi ini.

"Tidur nyenyak?"

"Hah?"

Jena cengo saat mata dengan manik hitam legam itu terbuka, bertemu dengan tatapan sayunya yang kemudian saling bertatapan lama. Ia menelan ludah. Merasakan getaran yang menjalar ke seluruh tubuh.

"Brengsek tampan!" Teriaknya dalam hati, lalu segera berpindah posisi untuk sedikit memberi jarak di antaranya dengan Daniel.

"Nyenyak kok. Om...gak tidur semalaman?"

Daniel bergumam sebagai jawaban. "Mau langsung sarapan?"

Jena menggeleng. "Mau mandi."

"Gimana sama luka kamu?"

"Udah nggak sakit."

"Coba saya lihat."

Jena mendekat, membelakangi Daniel dan mulai merasakan kaosnya terangkat ke atas. Ia meremang saat hembusan nafas menyapa punggungnya di belakangnya. Dengan canggung ia bertanya.

ALJENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang