#33.

21.5K 618 1
                                    

Ibu hamil itu katanya tidak boleh stress, harus banyak istirahat dan menyempatkan diri untuk berolahraga. Lingkungan sekitar juga harus dijaga kebersihannya, semua kemauan harus di turuti.

Itu beberapa informasi yang Daniel dapat dari artikel tentang pantangan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil.

Beruntung Aljena sudah mengundurkan diri dari kantornya sejak memasuki usia tiga bulan kehamilan. Sedikit informasi kalau perseteruan antara Daniel dan Bryan sudah selesai dan memutuskan untuk berhubungan baik.

Sedari awal mereka memang tidak bermusuhan secara tegang, jadi dalam penyelesaian masalah ini cukup mudah bagi kedua belah pihak.

Ya setidaknya poin pertama tentang pantangan ibu hamil sudah bisa Daniel atasi. Jena juga sudah beristirahat dengan cukup, lingkungannya terjamin bersih, dan kemauan Aljena sudah pasti Daniel turuti selagi ia mampu.

Siang ini Daniel mengantar Aljena menuju kediaman mama Soraya. Wanita paruh baya itu mengundangnya untuk menginap selama beberapa hari. Senang kala mendengar kabar bahwa sang menantu tengah mengandung cucunya.

Di sana semuanya terjamin. Pelayan rumah tak hanya satu atau dua orang. Soraya juga mengurusnya dengan penuh kasih sayang. Jena merasa terhibur karena banyak berbincang dan tereduksi perihal kehamilan menurut pengalaman Soraya.

"Dulu tuh jaman mama hamil Daniel. Tiap hari mama ngidam es kemong—kamu tau es kemong gak?"

Jena menggeleng, tapi tertawa karena namanya yang lucu, es kemong.

"Ada lah, es krim di corn gitu, bisa juga di roti, terus dilumurin coklat, yang jual itu pake gerobak keliling sambil bawa pentungan sama gongnya. Sekarang mama jarang liat ada yang jual es kemong, kalo ada mah mau banget padahal."

Mendengar cerita Soraya membuat Jena kepengen juga, membayangkannya seperti hal yang paling enak untuk dinikmati di musim panas seperti ini.

"Daniel dulu gimana si, ma? Apa emang sifat cuek sama sok cool nya itu bawaan dari lahir ya?"

Kini giliran Soraya yang tertawa mendengar pertanyaan Jena. "Daniel, ya? Aduh, asal kamu tau, itu anak super duper bandel kayak anak cowok pada umumnya."

"Dulu itu semasa kita belum tinggal di perumahan dan hidup di lingkungan pedesaan, Daniel suka banget main kelereng, dia beli, dia aduin sama temen temennya, abis itu dikumpulin sampe satu keranjang penuh."

Jena melongo. "Itu banyak banget."

"Iya kan, kelereng satu keranjang itu banyak banget dan Daniel kumpulin sendirian.  Adu kelereng itu kan pasti ada kalah nya, lah ini kok Daniel nambah terus? Mama curiga, akhirnya mama tanya dong, itu kelerengnya dapet dari mana aja, soalnya gak mungkin kalo cuma dari hasil main sama beli. Dan kamu tau jawaban dia apa?"

"Apa katanya, ma?" Jena penasaran.

"Kata Daniel kelereng itu dia kumpulin dari hasil nyolong punya temen temen."

"HAH?"

"Serius, mama juga kaget ternyata anak mama itu maling," Soraya menjeda ceritanya karena ingin tertawa kencang.

"Katanya semua temen dia juga pada nyolong, bedanya Daniel pake taktik. Dia pergi main cuma bawa satu atau dua kelereng buat diadu, sementara temen temennya bawa banyak. Pas dia yang main, aman aja soalnya kelereng dia cuma satu, tapi pas giliran temennya yang main, baru dia melancarkan aksi colong menyolong dan berhasil bawa pulang banyak kelereng."

"Mama kaget selain karena fakta bahwa anak mama tukang nyolong, ternyata Daniel yang saat itu masih ada di jenjang TK bisa punya taktik yang—ya mama akui memang cukup cerdas. Abis itu Daniel mama marahi abis abisan biar dia paham kalau nyuri itu perilaku buruk yang nggak seharusnya dipelihara. Tapi ternyata Daniel ngelakuin itu semua karena sebelum punya taktik, kelereng kelereng yang dia beli juga di colong sama temen temennya. Katanya dia cuma ambil apa yang udah jadi miliknya aja."

ALJENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang