#5.

26.8K 988 4
                                    

"Pak, dia ke Pondok Permata ya, uangnya disini," kata Jena setelah turun dari taksi.

"Siap neng."

"Thank you, Je."

Jena mengangguk, senyum manis ia ulas sambil memperhatikan kepergian taksi yang Fira naiki hingga meninggalkan pekarangan rumahnya.

Sejenak Jena menghela nafas sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Pintu utama dibuka, alangkah terkejutnya ia saat menemukan sosok tak asing yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu.

Sebuah buku bacaan digenggamnya, dengan secangkir kopi yang tertaruh disana.

"Lah, ngapain disini om?" Jena keheranan.

"Main?"

Mendengarnya membuat Jena memicing tanda tanya. Daniel.. laki laki itu baru saja mengajaknya bermain?

"Gabut apa gimana, dah? Gak ada kerjaan apa di kantor?"

"Sudah di handle," Daniel kembali pada buku bacaan di depannya-sebuah novel tebal yang tidak terlalu Jena sukai, bahkan ia menyesal sudah menghabiskan uangnya untuk itu.

"Terus om ngapain di sini?" Tanya Jena seraya mendudukkan dirinya di sofa dekat Daniel.

Kini laki laki itu menutup bukunya dan disimpan di atas paha yang menyilang angkuh, lalu menatap Jena yang kini melontar tanya.

"Kebetulan om lagi disini, mau temenin Je, nggak?"

"Kemana?"

"Mau apa nggak?"

Daniel mengangguk kemudian, meski tersirat ekspresi enggan yang tak tertahankan. Sebenarnya kedatangan dia disini hanya untuk memastikan bahwa Aljena baik baik saja-di hari mendekati pernikahan yang terhitung beberapa jam lagi.

Jena memanggil bi Sri yang langsung muncul dari halaman belakang, dengan tangan basahnya yang kini ia lap pada bagian celana, dia bertanya.

"Kenapa, non?"

"Bi, nanti kalo papa dateng, bilang aja Je belum pulang, ya. Itu juga kalo papa nanyain si," kata Jena dengan nada sedih di akhir kalimatnya.

"Siap non, nanti bibi sampaikan. Non hati-hati, ya."

Amanat bi Sri secara tidak langsung menyuruh Daniel agar menjaga Jena-nya dengan baik, bisa kembali memulangkan putri tuannya dengan keadaan yang baik pula.

Meski sedikitnya ada kegelisahan dalam diri bi Sri saat punggung anak perempuan yang ia asuh sejak lama itu dibawa pergi oleh seorang lelaki yang baru diketahuinya akhir akhir ini.

Sebelumnya, Jena tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang pria-selain dalam lingkup pertemanan. Mungkin itu yang menjadikannya kaku saat berada di sekitar Daniel dengan posisi sebagai seorang yang akan dinikahkan.

Saat ini diantara mereka berdua sepertinya tidak ada yang berniat membuka pembicaraan, tapi Aljena dengan rasa risihnya terhadap kecanggungan yang melanda, ia memutuskan untuk memulai tanya.

"Om kerja dimana?"

Setelah itu hening sejenak, sampai mobil selesai melintasi tikungan dan kembali melaju lurus mengikuti jalanan.

"Di salah satu cabang kantor perusahaan milik papa saya."

Jena tanggapi dengan ber-oh ria. Dia tidak mempunyai pemahaman tentang lingkungan kerja di perkantoran, jadi ia tidak memiliki sesuatu lagi untuk ditanyakan. Selain itu, Daniel lebih dulu bertanya tentang tujuan keduanya-seperti, kemana selanjutnya mobil ini harus berbelok? Dan Jena menuntun hingga tujuan.

ALJENA-[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang