#16.

15.3K 554 1
                                    

cw// broken English

...

Kokok ayam bersautan. Sekelebat sinar matahari menggantikan indurasmi, sunyinya malam terganti oleh hiruk pikuk manusia di pagi hari.

Mereka beraktivitas. Baik mencoba hal baru atau melanjutkan kegiatan kemarin yang belum tuntas dan lambat laun menjadi rutinitas.

Bagi Jena, manusia hanya perlu melakukan dua hal itu untuk bertahan hidup.

Kalau tidak mencoba hal baru, setidaknya kamu akan mengulangi atau melanjutkan hal hal yang belum sempat diselesaikan.

Dari deeptalk-nya bersama Daniel semalam, Jena memutuskan untuk tetap melanjutkan hal yang sempat ia mulai.

Tetap bekerja di bawah naungan PT. Darma Wiguna, itu adalah keputusannya.

"Ganti baju kamu," suara Daniel mengomentari outfit Jena yang sudah siap bekerja.

"Lah? Mang ngapa?" tanya Jena tak terima, sebab memilih pakaian tak segampang yang dipikirkan.

"Jelek."

"Masa sih? Bagus gini," kata Jena sembari memutar tubuhnya guna memperlihatkan pakaian yang ia kenakan.

"Honestly.. i don't like it."

Jena cengo. "Tapi Je suka, gimana dong?"

"Ganti, pake rok yang lebih tertutup," Daniel berujar tegas.

Pada dasarnya Jena itu memang sulit diatur. Alasan kenapa ia dan papanya dulu sering bertengkar, karena mereka adalah dua orang yang sama keras kepalanya.

"Aljena."

"Iya elah sabar ngapa," tukasnya bergegas masuk ke dalam kamar.

Benar Jena keras kepala, iya dia banyak membantah. Tapi pada akhirnya ia juga yang tunduk pada kaum dominannya.

Pada sisi lain Daniel tengah khawatir, merasa tak sudi kalau elok tubuh Jena nantinya dilihat oleh pria lain. Selain itu, ia juga tak suka berbagi.

Lalu Jena kembali dengan pakaian yang Daniel harapkan.

"Puas bapak Daniel yang terhormat?" Tanya Jena membulatkan matanya.

"Sure, Mrs. Aljena De Darso."

Kini pupil Daniel bergerak menatap tubuh wanitanya dari bawah hingga atas sampai pandangan mereka bertemu. Ia lantas melangkah maju.

"Saya gak pernah liat karyawan saya bawa tas yang kamu pake," ucapnya.

"Kenapa? Mau nyuruh ganti lagi?" Tanya Jena heran.

Daniel menggeleng. "You should know that i like it."

Jena mengerjap. "You like my bag?"

"No, i like you."

Sial, apa apaan?

"I like you cuz you look like a bocil."

Jena hendak menggerutu, wajahnya memerah malu. Ia tahan sumpah serapahnya di ujung mulut, memilih pergi meski ingin sekali melayangkan pukulan maut.

Sementara Daniel masih terkekeh ditempatnya berdiri. Ia berjalan keluar sembari mengingat merah telinga Jena karena leluconnya pagi ini.

Sampai di halaman rumah, kaca mobilnya ia ketuk pelan, membuat sang penumpang di dalamnya terpaksa menurunkan kaca mobil walau sedikit.

"Kenapa naik mobil saya?"

Jena yang tadi memandang lurus ke depan, kini menoleh pelan. "Om mau nganter Je, kan?"

ALJENA-[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang