#3.

27.5K 1K 7
                                    

Gaun berjejer pada hanger yang memanjang di setiap dinding ruangan—terbungkus rapi oleh plastik tebal yang dapat menghalau debu dan kotoran.

Lebih dari satu baju pengantin wanita terpajang dalam sebuah kotak kaca. Kerlip cahaya memancar dari berlian yang tertabur pada kainnya—akan terlihat sangat istimewa bagi siapapun yang memakainya.

Jena menatap takjub desain ruangan yang dibuat senyaman mungkin. Bagian lantainya diselimuti karpet empuk yang hangat, kursi tersebar di tiap sudut dengan kilau lampu keemasan yang menambah kesan mewah disana.

Kaca seukuran tubuh manusia ideal banyak terpajang mengisi dinding yang kosong.

"Duduk."

Perintah Daniel diangguki Jena yang terlalu asyik menikmati udara segar dari Air Conditioner — wangi pengharum ruangan ikut tersebar pada indra penciumannya yang ternyata sangat menyukai itu.

Seorang perempuan menghampiri, menenteng sebuah katalog di sebelah tangannya dengan gerakan teratur yang berhasil merebut atensi keduanya saat itu.

"Dengan Daniel de Darso, ya?"

Sang empu mengangguk membenarkan, kemudian menunjuk Jena untuk ikut diperkenalkan. "Aljena, calon istri saya."

Diperlakukan seperti itu membuat Jena merasa kikuk—bingung harus bereaksi seperti apa, apalagi saat orang di depannya ini tersenyum ramah penuh sambutan.

"Ibu Soraya berpesan bahwa yang perlu dipersiapkan hanya gaun pengantin wanita saja. Untuk pengantin pria kebetulan ada beberapa contoh setelan yang sudah tersedia, silahkan untuk dilihat lihat."

Sebuah katalog disimpan di atas meja, diserahkan pada tuannya yang tidak langsung tertarik akan hal itu.

Daniel sempat bergeming sejenak. Kedatangannya di butik ini memang atas rekomendasi Soraya, namun ia tidak menyangka mamanya itu turut andil dalam pemilihan setelan pengantin.

"Untuk gaun pengantin wanita disesuaikan dengan contoh desain yang ada pada katalog, atau boleh mencari referensi dari internet apabila kurang berkenan dengan model yang sudah ada."

Jena mengangguk mengerti—mengambil katalog yang tergeletak di atas meja tanpa peminat dan membukanya secara acak.

"Kalau desainnya sudah ada, atau sekiranya nanti masih bingung memilih model yang cocok, kamu bisa hampiri saya di ruangan sebelah sana—"

"—sekalian diambil ukuran badan untuk pembuatan gaunnya."

Jena mengangguk mengerti, pun mempersilahkan perempuan itu agar meninggalkan dirinya bersama Daniel untuk berdiskusi perihal konsep gaun yang akan diterapkan di hari pernikahan nanti.

"Bagusnya yang kayak gimana, ya?" Tanya Jena masih terus membuka halaman demi halaman katalog berisi model gaun yang sebenarnya sangat menggugah minat, namun belum ada yang sampai membuatnya tertarik.

Tentu butik ternama semacam ini membandrol desainnya dengan harga yang tinggi dan berbeda beda di tiap konsepnya.

"Pilih yang sekiranya nyaman dipakai," dengan maksud lain untuk memudahkan Jena agar nanti tidak kerepotan saat di pelaminan. Daniel memperhatikan detail acara pentingnya kelak, selain dari rentetan kegiatan yang ia persiapkan secara matang, juga ingin perempuan ini merasa nyaman di acara pernikahan yang pasti berlangsung lama.

"I never know harga gaun bisa semahal ini.." gumam Jena sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Karena pernikahan itu sakral, gaun yang dirancang hanya akan dipakai sekali seumur hidup. Makanya brandol harga yang tertera disana nggak murah."

ALJENA-[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang