Pesta di gelar dengan tema outdoor. Lampu berwarna kuning menambah kesan mewah di bawah langit malam kali ini.
Tempat itu ramai oleh orang orang bersetelan rapi. Biar Jena tebak, mereka pasti pemilik pangkat tinggi di tiap perusahaan tempatnya bekerja.
Jena dibawa melangkah menuju kumpulan laki laki yang tengah berbincang dengan masing masing minuman di tangannya.
Sebelum sampai disana, Daniel lebih dulu menunjukan sebuah meja yang tak jauh dari pandangannya. Ada Alea yang melambai tangan.
Jena mengerti, ia pamit untuk menghampiri meja itu. Sementara Daniel kembali melanjutkan langkahnya pada kumpulan orang orang tadi.
"Istri?"
Baru saja Daniel berhenti melangkah, pertanyaan itu menjadi sapaan yang pertama ia dengar di acara malam ini. Ia hanya mengangguk menanggapi.
"Cantik, anak dari kolega anda yang mana?"
Saat itu, saat angin berhembus dengan kencang, air muka Daniel berubah sedingin udara malam ini, pandangannya menajam pada sosok Brian Carlos—pemimpin perusahaan ternama yang lama bersaing dengan perusahaan miliknya.
Hubungan mereka bisa di bilang tidak baik baik saja, keduanya disegani oleh banyak orang, pangkat mereka pun sama tinggi nya.
Lama Brian menghilang. Malam ini, laki laki itu kembali berdiri tepat di hadapan Daniel dengan menyangkut pautkan Aljena yang sepertinya, perempuan itu akan berada dalam jangkauan Brian selanjutnya.
Sementara, yang menjadi topik perbincangan saat itu tengah duduk anteng memperhatikan hiruk pikuk di sekitarnya.
Jena menatap Daniel yang berbincang di depan sana, memancarkan aura tersendiri yang mampu menarik atensi setiap mata yang memandang. Mau dilihat dari sisi manapun, tampangnya yang sial rupawan itu tak pernah pudar.
Jena menghela nafas, sebelah kakinya ia tumpu di atas paha hingga membuat dress nya sedikit tersingkap. Tangannya ia taruh di atas lutut, lalu menenggak minuman yang caranya terkesan elegan.
Dalam satu meja tempatnya duduk kali ini, ada beberapa orang yang tidak ia kenali. Salah satu dari mereka membawa bayi dan yang lainnya tampak jauh lebih tua dari Jena.
"Kamu masih sekolah?" Tanya seorang perempuan yang duduk di samping Alea.
Jena menarik bibir untuk tersenyum. "Saya kuliah."
Entah kenapa, setelah ia mengenalkan diri sebagai istri Daniel tadi, suasana di sana sedikit berubah, padahal yang Jena lihat sebelum ia bergabung, mereka nampak tertawa ria.
"Kuliahnya ngambil jurusan apa?"
"Saya ambil bisnis."
Udara disana sangat dingin, Jena usak kedua tangannya guna memberi kehangatan. Lalu perhatiannya jatuh pada seorang bayi dalam gendongan wanita di depannya.
"Bikin yang lucu gini susah banget ya, Bu?" Perempuan yang bertanya pada Jena tadi kembali bertanya pada wanita yang menggendong balita.
"Iyaa, saya aja yang bikinnya tiap hari, jadinya gak comel kayak gini," sahut perempuan pemilik tatapan sinis yang tak luput dari perhatian Jena sedari tadi.
Ternyata ada orang yang tidak menghargai ciptaan Tuhan, tidak puas akan apa yang Tuhan beri, apalagi yang dimaksud adalah anaknya sendiri.
Jena membuang nafas pelan, kembali meneguk minumannya untuk pengalihan.
"Kamu kapan punya anak?" Perempuan berambut bob bertanya pada Alea, membuat Jena menghentikan tegukannya seketika.
"Tuhan belum mempercayakan saya untuk menjaga karunianya," jawab Alea kalem.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALJENA [END]
Ficção AdolescenteAljena Claudia, seorang mahasiswi semester akhir yang tengah kelimpungan dalam menyusun skripsi. Beban hidupnya kian bertambah saat sang papa dengan kurang ajarnya menyuruh dia untuk segera menikah-yang katanya demi menyetujui kontrak kerja sama den...