#29.

15.6K 614 0
                                    

Daniel duduk pada single sofa yang tersedia, tak jauh dari tempat Kiran duduk sekarang. Ia membuka kancing jas nya sebelum bersandar, lalu menopang kaki.  

"Saya salah menilai kamu," katanya. 

Kiran menoleh. "Oh? Udah liat rekaman CCTV ternyata."

Daniel tak berekspresi, perempuan di depannya ini benar benar ular berbisa.

"Gimana? Tertarik memenjarakan saya?" Tanya Kiran dengan senyum culas.

Daniel menunduk, terkekeh pelan sebelum menegakkan tubuh. "Tentu, dengan senang hati. Semua bukti berada dalam kuasa saya. Beruntung karena sekarang Tara sakit sakitan, kalau kamu saya penjarakan, maka yang mengurus Tara adalah Jena. Maka dari itu, akan saya biarkan kamu bebas, hanya untuk mengurus Tara."

Kiran tertawa. Benar benar seperti orang dalam gangguan jiwa.

Daniel sempat terkejut saat mendapatkan rekaman CCTV dari rumah Gentara. Papa dari istrinya itu melakukan KDRT terhadap Kiran.

Dari beberapa informasi yang Alvian dapat, Kiran dibayar oleh Darsono untuk menjadi pemuas nafsunya. Dalam artian, perempuan itu tidak menawarkan diri.

Daniel mulai mengerti peran yang Kiran mainkan. Perempuan itu sengaja membuatnya melihat rekaman CCTV dimana Tara melakukan KDRT terhadapnya. Dengan begitu, Kiran pikir Daniel akan ragu mengajukan gugatan akibat penyerangannya terhadap Jena.

Tapi tidak sama sekali. Kalau perempuan itu berpikir Daniel akan memutus gugatan karena bukti kekerasan Gentara—sebagai papa mertuanya—yang siap ia laporkan, maka Kiran salah besar.

"Kalau saya laporkan kasus kekerasan yang Tara lakukan, apa nggak kasian sama Aljena? Anak manja itu pasti nangis nangis minta kamu bayar denda supaya papanya dibebaskan, iya, kan?" Kiran tertawa remeh.

Tangan Daniel mengepal, kupingnya bergetar tak terima mendengar kata kata rendahan yang ditujukan untuk Aljena.

"Saya mau ajak kamu negosiasi. Pilih melanjutkan gugatan dan saya laporkan kasus Tara, lalu istri kamu itu kehilangan sosok papa. Atau, kamu cabut gugatan, dan bukti kekerasaan yang Tara lakukan akan saya tutup rapat rapat," kata Kiran penuh percaya diri.

Perempuan itu yakin, Daniel akan memilih poin pertama. Nyatanya jauh dari dugaan.

"Silahkan, laporkan kekerasan yang mertua saya lakukan, hak kamu untuk membela diri, bukan?"

Senyum di wajah Kiran perlahan luntur.

"Dengar. Saya nggak peduli kalaupun nantinya Jena kehilangan sosok papa, karena sedari dulu, figur papa nggak pernah ada di dalam diri Gentara. Saya suaminya, saya berhak atas Jena, bagaimana pun keadaan dia nanti, saya yang bertanggung jawab."

"Om."

Suara itu mengalun lembut, mengetuk gendang telinga Daniel yang tengah diselimuti kemarahan. Jena berjalan ke arahnya. Sementara Kiran beranjak berdiri, pergi dari ruang tamu.

"Ngapain?" Tanya Jena memandang kepergian Kiran dan Daniel bergantian.

"Ngobrol sedikit," jawab Daniel apa adanya, ia meraih pinggang Jena, membawanya melangkah menuju kamar.

ALJENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang