Jena mencoba fokus saat rasa dingin menyeruak akibat kaosnya yang basah kuyup. Ditambah suhu AC di dalam kelas yang rendah.
"Aljena."
Yang dipanggil mendongak cepat. "Ya, pak?"
"Baju kamu menerawang. Keluar, cari jaket atau apapun yang bisa menutupi."
Aljena menunduk, sontak menutupi bagian atasnya dengan kedua tangan. "Saya izin, pak."
"Silahkan."
Jena berlari keluar, mulutnya komat kamit menyumpahi pelaku yang membuatnya seperti ini.
Sekarang harus bagaimana? Siapa yang mau memberinya cardigan, jaket, sweater atau apapun yang dapat membantunya.
"Pulang aja apa ya," pikirnya sebab tadi ia sudah sempat absen jadi mungkin tak masalah jika ia minggat.
"Kok si Om belum shareloc tempatnya?"
Jena membuka ponsel, teringat sesuatu yang membuatnya menepuk dahi.
"Gimana mau shareloc kalo nggak se-kontak, bodoh!"
Tuhan, Jena ingin teriak kencang.
Sekarang ia hanya berjalan tak tentu arah, tasnya ia taruh di depan guna menutupi bagian atasnya yang menerawang.
Langkahnya membawa Jena ke gerbang kampus, memang sudah diniatkan untuk pulang.
Tepat saat ia menghentikan langkahnya, sebuah mobil berhenti tepat di depan mata.
"Macem mobil si tua bangka—eh, suami gua," gumamnya tak percaya.
Lalu saat kaca diturunkan, sontak Jena bersorak heboh.
"LAH BENER CUK????" celetuknya.
"Apa yang bener?" Daniel bertanya.
"Nganu.. bener Lai Guanlin ganteng banget."
Daniel mengernyit. "Siapa Lai Guanlin?"
"Oh itu, maaf ya. Kalau boleh jujur Je aslinya udah nikah sama Lai Guanlin."
Jena tersenyum kalem. Sementara lelaki di depannya menunjuk diri seperti menanyakan statusnya di hidup Jena.
"Ente mah selingkuhan doang."
Daniel termangu, sementara Aljena dengan santai berjalan mengitari mobil dan duduk di samping kemudi.
"Padahal gak usah jemput juga gapapa."
Daniel memicing sekali lagi. "Yaudah turun."
"Lah kok gitu?"
"Katanya gak usah di jemput?"
"Baperan lu orang tua. Dah ayok jalan," pinta Jena.
"Siap anak muda," ejek Daniel menekan ucapannya.
"Anterin Je ke rumah papa."
"Tau."
"Tau apa? Coba kalo ngomong jangan setengah setengah. Sengaja banget ngajak ribut?"
Daniel menghela nafas. Sepertinya Tuhan sengaja mengirim mahluk macam Aljena yang banyak omong untuk Daniel yang sebelumnya irit bicara.
"Saya udah tau kamu mau ke rumah papa kamu."
Jena menutup mulut, berakting kaget. "Tau dari mana? Om cenayang kah?"
"Tadi pagi ada cewek cantik yang ngasih tau," kata Daniel, balas dendam.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALJENA [END]
Ficção AdolescenteAljena Claudia, seorang mahasiswi semester akhir yang tengah kelimpungan dalam menyusun skripsi. Beban hidupnya kian bertambah saat sang papa dengan kurang ajarnya menyuruh dia untuk segera menikah-yang katanya demi menyetujui kontrak kerja sama den...