#4.

27.8K 969 4
                                    

Jena cukup terhibur dengan meet up nya bersama Daniel kali ini. Ia suka saat dibiarkan mencicipi makanan tanpa banyak perbincangan di antara keduanya, dan saat ada sedikit kecanggungan yang masih bisa terhalau meski mereka sama sama banyak diamnya.

Jena suka sekali, apalagi saat Daniel mengajaknya berkendara di jalan raya tanpa banyak berkomentar sementara ia asik bersenandung mengikuti irama musik yang berputar, sambil menikmati riak angin yang berhembus kencang lewat jendela mobil yang dibiarkan terbuka.

Daniel benar benar diam, fokusnya dalam mengemudi bisa dibilang sangat baik hingga Jena tidak menyadari bahwa mereka telah sampai di sebuah kediaman yang cukup luas—dan mewah.

Jena memicing, memperhatikan sekitar. "Rumah om?" Tanyanya tidak langsung ditanggapi oleh Daniel.

PRANG

Suara pecahan barang menggema hingga di teras depan, keduanya sontak bertatapan dengan pandangan saling tanya tentang apa yang kiranya terjadi di dalam sana.

Jena sontak berlari mengikuti Daniel yang sudah masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa. Ia sempat melihat Soraya yang siap melayangkan tangannya untuk menampar seorang anak muda dengan seragam lusuh—meski Daniel lebih dulu melerainya hingga nafas mereka terdengar bergemuruh ricuh.

"ANAK SIALAN GAK TAU DIUNTUNG!"

"MALU MALUIN!"

Cekalan Daniel terlepas, lengan Soraya terbebas meraih kerah baju si anak muda dengan amarah yang mendominasi.

"Ma.. sudah, ya," bujuk Daniel menenangkan. 

Jena menautkan alisnya bingung. Namun ia segera membantu Daniel menjauhkan Soraya dari anak muda itu. Takutnya terjadi hal yang tidak di inginkan.

Jena menarik pelan badan Soraya mundur, sementara Daniel berusaha melepaskan cengkraman sang mama dari kerah seragam anak laki laki di depannya.

"APASIHH NIEL?! KAMU GAK USAH IKUT CAMPUR!" Tegas Soraya menghentakkan tangannya agar terlepas dari cekalan si sulung.

"LEPAS! MAMA MAU HAJAR ANAK INI BIAR DIA TAU DIRI SIAPA DIA DI RUMAH INI!"

"Tante, udah tante."

"GAK BISA, TANTE HARUS KASIH PELAJARAN SAMA ANAK GAK TAU DIRI INI."

"SINI KAMU!"

Degan bodohnya anak laki laki itu maju selangkah mendekati Soraya dan..

BUGH

Sebuah memar kemerahan didapatnya pada pipi sebelah kiri—akibat dari tamparan keras yang Soraya layangkan tanpa belas kasihan.

"STUPID!" bentak Daniel seraya mendorong anak itu agar menjauh dari hadapan mamanya. Hingga tanpa sadar, name tag dengan nama Alvian terlepas dari seragam yang dikenakan.

Jena memungutnya diam diam, melepaskan Soraya untuk menahan tubuh Alvian yang limbung ke belakang—hendak terjatuh andai tidak ada penopang.

Namun secara mengejutkan anak itu menghentak keras tangan Jena, yang membuatnya bergeming saat merasakan deja vu karena wajah tidak asing yang sempat ia lihat tadi siang, di taman kota, pemuda yang membawa kamera, dia Alvian Jean Afreza—yang entah kenapa berada di kediaman sang mertua.

"BIBII?! MANG?!" Panggil Daniel menggema ke seluruh ruangan, hanya dalam beberapa sekon keduanya muncul di tengah keributan yang terjadi.

"KALIAN KENAPA DI BELAKANG?! KENAPA GAK MISAHIN MEREKA?!" Daniel membentak.

ALJENA-[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang