Bonus Chapter 1

21K 687 4
                                        

Sudah lima tahun berlalu. Daniel berhasil membangun keluarga kecilnya dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Waktu mengajarkan mereka tentang kebersamaan dan arti keluarga sesungguhnya.

Pertengkaran dan rasa tak sepaham pasti ada, tapi keduanya mampu saling memberi jalan keluar dan titik terang dari setiap permasalahan yang ada. 

Daniel dan Aljena tumbuh bersama, sama sama belajar dewasa dan berumah tangga. Benar memang, kehadiran seorang anak mampu merubah setiap sisi dari dalam diri orang tuanya.

Bukan hal yang mudah menjalani proses tumbuh kembang sang anak. Tentu sulit bagi Daniel dan Aljena dalam mendisiplinkan si kembar yang mulai aktif.

Jena mengeluh, meminta healing sebagai bentuk menghilangkan rasa suntuk selama mengurusi Bintang dan Mentari.

"Mau kemana? Eropa?"

Jena menghela nafas. "Mending uangnya buat beli sereal si kembar."

"Uang saya banyak btw, pergi ke Eropa nggak akan bikin saya miskin."

Semenjak menjadi kepala keluarga, Daniel menjadi lebih royal dari sebelumnya. Entah, Jena juga tak mengerti.

"Ke playground aja ajak main si kembar."

"Boleh, ayok."

Keputusan ditetapkan. Weekend kali ini mereka berencana pergi ke gedung perbelanjaan yang menyediakan area bermain untuk anak anak. 

Pengawasan yang dilakukan harus ekstra ketat mengingat betapa aktif Mentari yang pernah hilang di kerumunan saat mereka tengah berbelanja.

Lain dari Mentari, sang kakak justru cenderung pendiam dan tidak banyak tingkah, anak itu sangat menempel dengan sang papa. Jena jadi bertanya tanya, yang kembar itu Bintang-Mentari atau Bintang-Daniel.

"Mama, adik mau ke sana, ma!" Mentari berteriak heboh melihat anak seusianya yang bermain perosotan di area bermain.

"Ayo, sama kakak," ajak Bintang menyodorkan tangannya.

Mentari menggeleng. "Nggak mau, kalo sama kakak nanti Tari dimarah marahin."

Bintang yang mendengar itu pun terlampau kesal, tangannya yang tadi tersodor mulai bergerak untuk menjambak rambut sang adik. 

Beruntung Daniel sempat mencegahnya. Ia tahan lengan Bintang yang sudah mengayun dan berhenti di udara.

"Siapa yang ngajarin kakak main tangan?" Daniel bertanya dengan serius, tak bermaksud membentak karena di depannya ini hanya seorang anak yang berusia lima tahun.

"Papa ngajarin kakak buat mukul orang?"

Bintang menggeleng.

"Ibu guru ngajarin?"

Bintang menggeleng lagi, semakin menunduk.

"Terus siapa yang ngajarin kakak kayak tadi, hm?" Daniel yang posisinya berjongkok—menyetarakan tubuhnya dengan si kecil, dapat melihat jelas raut wajah Bintang yang ketakutan.

Daniel rapikan rambut sang putra yang sudah memanjang hingga menutupi dahi. "Nggak ada yang ngajarin kakak buat bersikap seperti itu, terutama sama Mentari, dia perempuan, dia adik kamu."

ALJENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang