Bagaimana kabar hati kalian?? Masih kuat mental ga, ketemu preman setampan ini? :')
---
ᴊɪᴍᴍʏ asik memakan gambas saat yang lain sibuk bermain game. Sebenarnya yang lain juga sudah menyicipi makanan buatan Yungi itu, tapi Jimmy sengaja mengambil banyak dan memisahkannya di piring lain agar bisa dimakan sendiri olehnya nanti.
Di meja makan itu, ia sendirian sambil menyaksikan teman-temannya yang berisik sekali. Dapur Yungi mengarah ke ruang tengah. Terhalang tembok sebagai partisi, tapi ada celah besar yang membuatnya masih bisa melihat dan mengintip ruang bersantai itu dengan jelas.
Jimmy melihat Yungi dan Hosik sedang bermain jenga, Namu dengan bukunya, Taekyung dan Junggo yang bermain ps sedangkan Seojin hanya teriak-teriak saja menambah kacau suasana.
Pemuda Lee itu menggeleng sejenak. Kalau dilihat-lihat teman-temannya memang memiliki wajah yang tampan dan dewasa, padahal kelakuannya seperti bocah. Jimmy terkadang malu kalau jalan bersama mereka. Ralat—bersama Seojin, Taekyung dan Junggo maksudnya. Soalnya ketiga orang itu kalau disatukan, ya Tuhan ... berisiknya melebihi ibu-ibu komplek yang sedang arisan. Memalukan luar biasa. Sudah mah Seojin yang berisik, ditambah Taelyung dan Junggo yang sering bertengkar. Hancur sudah harga diri kalau bersama tiga manusia itu.
Tepat ketika ia beranjak untuk mencuci piring bekas makannya, Jimmy menoleh saat seruan langkah kaki mendekat. Arkian mendapati Keira berjalan dan membuka kulkas untuk mengambil air.
"Kau sudah makan?" tanya Jimmy.
Keira mengangguk, "Kakak sedang apa?" gadis itu mendekat dan berdiri di samping Jimmy.
"Membersihkan bekas makanku. Kau sendiri kenapa di kamar terus?"
"Aku sedang mengerjakan tugas, Kak. Ini baru saja selesai," ia berjalan dan duduk di dekat pantry, mamandangi punggung sempit Jimmy yang terlihat manis dari belakang. "Eh, iya. Terima kasih *) tteokbokki-nya, Kakak! Ugh, enak sekali. Apalagi gratis begitu, hihi."
Yang tadi mengirimkan pesan pada Jimmy adalah Keira. Ia memang cukup dekat dengan pemuda Lee yang sering kali menginap dan bertukar kabar dengannya selama bersekolah di Jerman dulu. Jimmy sudah ia anggap sebagai kakak keduanya.
"Sama-sama. Kalau sudah selesai, coba sana temui yang lain. Kau tidak ingin bertemu Junggo memangnya?" goda Jimmy. Pemuda itu mengambil handuk dapur dan mengelap tangannya yang basah.
"Jangan menggodaku, ya." Keira mencebik kesal, "Aku sudah bertemu dia juga, kok."
Jimmy mendekat dan menyandarkan tubuhnya di meja, ia berdiri di seberang Keira dengan kedua tangan menumpu tubuhnya. "Lalu bagaimana? Sudah sedekat apa hubungan kalian?"
Gadis dengan surai karamel yang di ikat itu menggeleng skeptis, "Biasa saja. Tidak dekat dan tidak jauh juga."
"Junggo mengira kau dan Yungi berpacaran, tahu, kasihan sekali anak itu. Sudah patah hati duluan." jawabnya terkekeh hingga ujung matanya menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔
FanfictionJunggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...