----
ᴋᴇᴇꜱᴏᴋᴀɴ harinya, Junggo pergi ke kampus seperti biasa. Berangkat pagi, diiringi senandung mesin mobil juga dering ponsel yang terus menggema. Memang setiap pagi keenam kakaknya itu ramai sekali di grup chat, membahas hal-hal yang tidak perlu. Bahkan sampai membahas ayam siapa yang berkokok. Haduh. Hanya ia dan Yungi saja yang jarang menimpali.
Pun siang harinya ketika istirahat makan siang, Junggo menemui Keira terlebih dahulu. Meja mereka berjarak 3 kursi saja, omong-omong. Lalu tahu apa yang terjadi ketika momen tersebut berlangsung? Adalah seisi kelas hening manakala manik mereka menyaksikan secara langsung seorang Junggo mengulas senyum manis sekali pada Keira yang juga membalasnya tak kalah manis.
"Kau tidak risih berdekatan denganku? Aku malas melihat penggemarmu itu," ujar Keira. "Berlebihan sekali," sambungnya pelan.
Junggo yang tengah menyantap makan siangnya sontak mendongak, menatap raut Keira yang dibalut sebal. Terkikik dalam batin sebab gadis itu terlihat lucu. "Biarkan saja, mereka tak terlalu penting."
Mereka tengah berada di kantin saat ini. Dan benar, penggemar setia Junggo kini tengah terang-terangan menatap mereka. Bahkan ada yang diam-diam memotret. Sayup-sayup bisikan berdengung dan memenuhi ruang di sekitar mereka. Merasa bingung sebab tak biasanya Junggo menikmati makan siang di kantin. Junggo dan Bangtan kerap kali menghabiskan waktu istirahat di rooftop, wajar jika mereka semua heran dan terkejut bukan main.
Keira mendesis, ia melanjutkan makan siangnya dengan tenang, memilih abai sebab Junggo pun demikian. Meskipun sedikit risih, sebab ... hei—Keira saja sudah jengah lantaran jadi perbincangan hangat sejak kepindahannya, kini semakin dibuat pusing saja dengan kehadiran penggemar Junggo yang bejibun itu. Bagaimana jika seluruh kampus tahu identitasnya? Semakin kacau nanti hidupnya.
Junggo membawa nampan kosongnya menuju tempat pencucian, meletakkan di sana dan membiarkan pegawai akan mencucinya. Lalu kembali mendekati Keira yang belum menyelesaikan makanannya.
"Sepertinya hidupmu itu dipenuhi kebahagiaan, ya?" tanya Keira.
Junggo mengeryit, "Maksudmu?"
Keira mengangkat sumpitnya dan menunjuk ke arah penggemar Junggo yang bergerombol di salah satu meja. "Mereka pasti selalu mendoakan agar hidupmu baik-baik saja."
Junggo tidak mendengar dengan jelas kalimat Keira, ia terlalu fokus pada paras gadis itu lantas memilih mendekatkan wajah dan menyentil dahinya. "Dengar Nona Min, tidak semua hal baik mereka harapkan untukku. Aku tahu diam-diam mereka pasti berharap hal buruk terjadi padaku; seperti tidak mendapatkan pasangan yang baik atau sejenisnya."
Junggo terdiam sejenak, sempat dirundung kebingungan tatkala mulutnya menyebut Keira seperti tadi. Ada gelenyar aneh, ia tak bisa memastikan itu. Rasanya mengganjal sekali.
"Resiko menjadi idola, kau harus menerimanya."
Junggo tertawa pelan, "Aku sudah terbiasa, makannya jangan dipikirkan karena aku juga tak memikirkan itu sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔
FanfictionJunggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...