Junggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya.
Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Foto candid si cantik yang diambil, Jung. Hihiii
_____
ʏᴜɴɢɪ benar-benar menepati janjinya untuk memberi modal berkencan dengan Keira, ralat—-menggantikannya kencan. Miris memang, kencan pertama dibayari begini. Tapi apa boleh buat, Junggo juga senang-senang saja. Belum lagi Seojin memberi uang tambahan, berjaga-jaga takut Keira membeli banyak barang. Wah, Junggo jadi kelihatan miskin dan tidak jantan.
Hyundai Grandeur Facelift hitam memasuki basement Seoul Times Square. Kegiatan pertama saat kencan tentu saja berbelanja. Dan Junggo sengaja membawa Keira ke sini. Lagipula Keira belum mengetahui tempat ini, ia akan mengenalkan banyak hal pada gadis itu.
Selepas keduanya turun, Junggo yang berjalan lebih dulu nampak kaku. Canggung. Ingin bergandengan sebenarnya, tapi takut, kan belum resmi. Mau langsung menarik begitu saja takut Keira terkejut dan marah. Susah sekali memang orang yang baru pertama kali berkencan. Mau melakukan apapun terasa serba salah.
"Kei," si gadis yang tengah terperangah menatap seisi gedung menoleh. "Jangan berjalan di belakangku. Berjalanlah di sampingku."
Tungkai itu mendekat, sepenuhnya bersampingan dengan lengan yang saling bersinggungan. Nah, kalau begini, 'kan enak. Tapi malah tidak baik untuk jantung pemuda Koo itu, malah berdebar tak karuan. Junggo sampai menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar-benar seperti remaja kasmaran.
Keduanya baru akan memasuki salah satu toko pakaian. Junggo udah diberi titah untuk membayarkan semua belanjaan Keira. Yungi juga memberikan kartu hitamnya. Yah, bersyukur juga sebab Junggo belum memiliki uang sebanyak itu.
Selagi menunggu Keira memilih pakaian, pemuda itu duduk di sofa yang disediakan. Membuka-buka katalog dengan malas. Heran. Sebenarnya kenapa sih, perempuan senang sekali berbelanja? Pantas saja banyak laki-laki yang ogah-ogahan menemani gadisnya menghamburkan uang begini. Ya, memang bosan. Junggo tak ada kerjaan sama sekali. Bahkan sudah hampir tiga puluh menit menunggu, Keira belum muncul juga. Kasihan pantat Junggo, sudah sakit sekali. Tapi kalau berdiri, kakinya malah pegal.
Serba salah.
"Koo," pemuda itu menoleh saat seseorang memanggilnya. Junggo tertegun saat melihat penampilan Keira yang tengah memakai dress manis berwarna hitam.
Rambutnya diikat dengan poni tipis yang menjuntai di sisi wajah. Penampilan yang terkesan dewasa namun tak menghilangkan sosok asli Keira. Cantik. Cantik sekali. Junggo sampai tak sadar bahwa ia tengah menganga saat ini.
Bak semburan magis, pemuda itu bangkit dan berjalan mendekat. Gumamkan untaian pujian manis pada si jelita, "Wah, k-kau cantik, Kei...."
Sementara gadis itu hanya mengulum bibirnya. Lengkungkan patri manis bersama hela napas pelan. Junggo seperti melihat mainan baru. Matanya berbinar terang, bulat dan besar. "Aku akan membeli yang ini," ujarnya. "Menurutmu bagaimana?" Keira berputar di hadapan Junggo. Menyibakkan bagian bawah gaunnya sehingga terlihat melebar mengikuti gerak tubuhnya.