Junggo menarik Keira menuju gazebo di taman belakang rumah Yungi, berniat memberikan hukuman. Sebenarnya tidak begitu, Junggo hanya bercanda. Namun melihat ekspresi Keira yang ketakutan membuatnya terhibur, jadi ia sengaja mengerjai gadisnya untuk meyakinkan Keira bahwa ia benar-benar akan dihukum.
"Koo, jangan didengar perkataan Kak Seojin tadi. Dia berbohong."
Tangan Keira digenggam kuat oleh Junggo, sementara gadis itu masih berusaha untuk menjelaskan. "Koo ...."
Saat keduanya hampir tiba, Junggo mendadak berhenti dan berbalik. Keira menabrak tubuh bagian depan Junggo hingga wajahnya berbenturan dengan dada pemuda itu.
"Sakit, Koo ...."
Junggo tersenyum tipis, lalu mendorong bahu Keira menghimpit tembok sementara ia mengukung sang gadis. "Aku serius, Kei."
Gadis itu menelan salivanya kaku, maniknya bergerak kesana kemari mencari objek yang bisa ditatap. Namun ditengah diamnya itu, tahu-tahu sapuan lembut menyentuh bibirnya. Keira terdiam dengan manik membola sementara Junggo tersenyum diantara cumbuannya.
Junggo tak bergerak, ia membiarkan Keira mencerna semuanya. Setelah beberapa detik, barulah Junggo menggerakkan bibirnya perlahan, dibalas Keira yang bergerak agak lambat. Kedua tangannya mengalung di leher Junggo, sementara pemuda itu memeluk pinggang sang gadis erat.
Cumbuan itu terlepas, Junggo hadiahi kecupan ringan bersama seuntai silabel manis. "Hukumanmu," katanya seraya menghapus sisa saliva di sudut bibir Keira. "Manis, kan? Suka, tidak?"
Keira menggigit bibir bawahnya malu, lalu menenggelamkan wajahnya di dada Junggo. "Nakal."
***
Jangan dekat-dekat dengan Keira, dia kekasihku.
Jaehyun masih ingat kalimat yang Junggo lesatkan sesaat setelah dirinya keluar dari ruang komputer Yungi. Junggo dengan roman serius pun obsidian yang menatap lurus adalah pemandangan langka. Lebih-lebih lagi, Jaehyun sama sekali tidak menyangka bahwa sosok yang Junggo maksud adalah Keira, gadis yang sama yang juga sedikit ia sukai.
Kendati Jaehyun sedikit tidak terima, ia berusaha untuk tidak gegabah. Apa lagi sampai egois. Sebab, ia dapat menemukan binar pada manik Junggo yang memang tak dapat dibohongi. Ini pertama kalinya ia melihat Junggo seserius ini, apa lagi soal perempuan.
"Sudah berapa lama, Jung?" Jaehyun menghela napas, diliriknya presensi Junggo yang tengah bersandar pada punggung kursi.
Keduanya kini berada di halaman rumah Yungi, dikawani dua cup ramen serta cerita yang Junggo kuapkan.
"Sejak Keira pertama kali masuk kuliah."
"Ha?" Jaehyun sontak menoleh, berusaha menemukan secuil saja kebohongan. Karena jujur saja, ya, Junggo di momen itu sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kedekatannya dengan Keira. "Yang benar, Jung."
Junggo mengangguk. "Tanyakan saja pada Kak Yungi."
Wah, sial. Jaehyun kalah start. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Junggo bermain cantik. Saking cantiknya, ia sampai terkejut dengan fakta yang ada. Junggo ini memang tipe yang slow action, tetapi fokus dan tak goyah. Keren.
"Jadi, saat aku menghubungimu waktu itu, kau berkencan dengan Keira?"
"Memangnya siapa lagi?" Junggo meletakkan ramennya yang sudah habis di atas meja, lalu menyesap air mineral di botol. "Maaf saja ya, Jae, aku bukannya bagaimana, tapi tolong, ya, jangan goda kekasihku. Kami sebentar lagi akan tunangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔
FanfictionJunggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...