----
ᴘᴀɢɪ ini turun hujan. Upacara penerimaan mahasiswa baru menjadi momok yang sedikit menakutkan bagi sebagian orang. Takut, resah, gelisah, malu bercampur menjadi satu. Tak terkecuali gadis yang kini berdiri menghadap jendela. Gadis itu melenguh ketika menatap langit yang abu-abu. Padahal ini hari pertamanya kuliah. Sedih memang, tapi mau bagaimana lagi.
"Kei, sarapan dulu." itu suara kakaknya yang memanggil dari ruang makan.
"Kak, hari ini berangkat bersama, kan?" tanyanya seraya mengambil satu potong sandwich.
"Eum, tapi aku turunkan kau di pinggir jalan."
"Loh, kok?"
Kedua bahunya longsor,bibirnya melukis lengkung menurun menjadi penghias wajahnya saat ini. Tentu saja kesal. Sedang hujan begini, sang kakak dengan tega menurunkannya di jalan. Yang benar saja. Ha!
Kalau diizinkan memberontak, maka suaranya pasti melengking dengan radius 30km. Oke, itu berlebihan. Tapi sungguh, gadis itu ingin sekali meremas wajah tidak berdosa sang kakak yang kini nampak memerah sebab kedinginan. Kedua bongkah pipi itu gemas sekali ingin ditampar.
"Aku turunkan kau di halte, bawa mantel. Aku tidak menerima penolakan."
Selepas untaian kalimat yang dilesatkan, kakaknya itu memilih pergi meninggalkan Keira yang kini merengut kesal. Pada detik yang berkelanjutkan, dibumbui keheningan juga geraman tertahan, keduanya berhasil mencapai halte yang berjarak 200 meter dari kampus. Lenggang menguasai, gadis berbalut mantel panjang tersebut mendecakkan lidah tatkala matsnya mengikuti mobil sang kakak yang berjalan menjauh.
"Dasar tak punya hati!"
Wajahnya sendu dan mendung masih menguasai. Matahari datang terlambat, selambat gerakan kakinya yang perlahan menjauh. Tremor menguasai tubuhnya. Keira pun abai dan memilih melanjutkan langkah menuju kampus.
Ia tak perlu mengikuti kegiatan ala-ala mahasiswa baru sebenarnya. Pasalnya ia hanyalah murid pindahan dan akan langsung menempati tingkat dua. Jadi, kegiatan itu ia lewatkan dan segera melangkahkan tungkainya menuju kelas ketika berhasil bertanya. Memilih berjalan dengan jemari yang tenggelam dalam saku, dan masa bodoh saat melihat banyak pasang mata yang berbinar menatapnya. Biarkan saja.
Selepas berdiri pada pijakan yang tepat, ia menunggu sebentar guna memastikan. Dosen yang sempat memberitahu letak kelasnya mengatakan untuk menunggunya sebentar sebab akan mengurus beberapa hal. Gadis itu risih sebab hari pertamanya dibumbui banyak tatapan aneh dari para penghuni kampus. Sempat melirik penampilannya, namun merasa bingung lantaran ia memakai baju, tidak telanjang. Hanya saja sedikit basah dibagian mantel sebab tadi menerobos hujan.
Main mata agaknya menjadi panorama absolut yang membentang pandangannya. Jujur saja, penghuni di sini mendapat nilai jelek dalam bentang memorinya. Memangnya harus seperti itu ya, cara berkenalan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔
FanfictionJunggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...