Judulnya warning sekali ini wkwk
_____Beberapa perempuan memilih untuk menjadi lebih tertutup, menjaga diri dari harapan laki-laki agar tidak mudah terjatuh dan disakiti. Beberapa lagi memilih menjadi sosok yang terbuka, terlihat dengan mudah mengejar laki-laki, menjadikannya pelampiasan dari rasa sakit sebagai bentuk balasan setimpal akan luka meskipun bukan orang itu yang menyakiti lebih dulu. Tetapi, tidak semua perempuan jahat, tidak semua perempuan menutup diri dari laki-laki.
Mereka melakukannya sebagai bentuk perlindungan diri, tidak ingin dianggap lemah, tidak mau kalah.
Barangkali, Keira juga begitu. Gadis itu memang disukai banyak laki-laki sejak sekolah menengah pertama. Sosoknya yang ramah dan murah senyum selalu menarik minat lawan jenis untuk mendekat. Sayangnya, Keira sudah memiliki pawang.
Kakaknya yang seperti kulkas itu sudah memberi ultimatum telak untuk Keira agar tidak berdekatan dengan lawan jenis. Yungi tahu jenis laki-laki mana yang serius atau main-main. Ia juga tahu mana laki-laki yang hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Yungi tak mau adik perempuannya jatuh pada orang yang salah. Mungkin itu juga alasannya mengatur rencana agar Keira dekat dengan Junggo.
Yungi sudah tahu, Junggo adalah laki-laki yang baik untuk adiknya. Keira yang awalnya menolak, lama-lama juga jadi terbiasa. Gadis itu kaku sama seperti kakaknya, selama berada di Seoul ia perlahan belajar mulai terbuka, menjadi gadis yang gemar bersosialisasi dan memiliki banyak teman.
Itu jelas bukan dirinya sekali. Tetapi paksaan untuk berubah, membuat Keira mulai melakukan banyak hal diluar sifatnya. Keira yang dulunya apatis, kini mulai menaruh atensi pada hal-hal disekitarnya.
Awalnya saja ia tak suka dijodoh-jodohkan dengan Junggo, tetapi sekarang, ia justru berharap agar kakaknya kembali meledeknya sebagai calon istri Junggo. Ia ingin kalimat itu dilontarkan lagi. Saat ini, di depan Junggo dan Sean.
Siapapun tolong buat guyonan tentangku dan Junggo, aku mohon.
"Junggookie bicara dulu dengan Keira, kasihan sudah menunggu dari tadi." Suara bunda kembali mengalun pelan, "Sean, ikut Buna ke kamar, yuk."
Bunda langsung menarik Sean dari samping Junggo. Mereka berjalan menuju kamar Junggo, dan pemuda itu mendengar sayup-sayup suara Sean yang bertanya—"Buna, itu siapanya Junggookie? Kok tidak dikenalkan denganku, sih?"
Sepeninggal sang bunda, Junggo berdeham dan mulai mendekati Keira. Gadis itu duduk manis dengan kedua kaki dirapatkan. Sopan sekali, seperti anak perawan yang ketakutan karena sedang digoda om-om genit.
"Menunggu lama?" kalimat itu yang pertama keluar dari bibir Junggo. Jujur saja, kehadiran Keira membuatnya terkejut dan sulit bereaksi.
"Eung ... lumayan." Keira memainkan jemari di atas pangkuan. Ia bisa mencium aroma parfum Junggo dari sisinya, wangi. "Habis darimana?"
Junggo mengulum bibir bawahnya. "Jalan-jalan sebentar."
Hening. Keduanya diam setelah pertanyaan Keira sudah terjawab. Tidak ada yang mau bicara lagi, atau sebenarnya ada, hanya bingung cara melontarkan kalimatnya bagaimana.
"Kau ... tumben datang malam-malam, kenapa? Benar ingin menemuiku?"
Keira menghela napas, bahunya yang awalnya kaku sudah tidak setegang tadi. "Hanya mampir, tadi membeli kue di dekat sini. Jadi, ya ... aku pikir berkunjung sebentar bukan masalah."
Sial. Keira gugup bukan main. Tentu saja apa yang barusan ia ucapkan adalah kebohongan. Ia memang sengaja mampir dan berniat mengobrol dengan Junggo. Kemarin saat perayaan ulang tahunnya, ia tak bisa banyak bicara dengan Junggo. Kue yang ia beli juga tujuannya untuk hadiah, bersama benda lain yang juga diniatkan sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔
FanfictionJunggo, si kapten basket itu sulit sekali didekati. Kerjaannya saja yang gemar tebar pesona, tapi tidak mau bertanggung jawab. Sampai disumpahi bahwa akan ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Hei, Junggo itu idola kampus, penggemarnya banyak...