18 | Be Braver

169 24 3
                                    


ᴘᴀɢɪ itu Keira terlihat masih setia menatap pantulan wajahnya di depan cermin dalam kamarnya. Semalam ia hanya tidur selama kurang lebih dua jam, sisanya dihabiskan untuk melamun saja. Kantung matanya menghitam, bibirnya pucat, surai karamelnya tampak kusut. Ciumannya dengan Junggo saat di taman kemarin siang cukup banyak mengambil alih kewarasannya. Gadis itu jadi tak bisa tidur.

Awalnya, memang kesalahannya saat kencan minggu lalu ia mencium pemuda itu lebih dulu. Menikmati cumbuan sama sekali tak ada dalam pikirannya, semua diluar kendalinya. Namun alih-alih menyesal, Keira justru menyukai hal itu. Setidaknya ciuman pertamanya tak begitu meninggalkan kesan buruk.

Jam baru menunjukkan pukul lima pagi, terlalu pagi untuk bangun dan sangat terlambat untuk kembali tidur. Ia memilih merebahkan dirinya sambil bermain ponsel, memeriksa percakapan terakhirnya dengan Junggo sebelum keduanya sama-sama terlelap.

Jungie
Sepertinya kali ini
aku tak bisa berlindung.
Kita berciuman lagi, di rumah
Kak Yungi pula.

Aku harus bagaimana?
Aku mencium kekasih orang lain.

Me
Kalau ketahuan, ya sudah

Jungie
Apanya yang 'ya sudah'?
Aku bisa mati di tangan Kak Yungi!

Me
Jangan berlebihan, Koo.
Kita melakukannya atas suka
sama suka.

Kak Yungi tak akan marah

Jungie
Dia tidak akan marah denganmu
Tapi denganku.

Me
Lalu kau menyesal?

Jungie
Aku hanya bingung

Me
Lupakan saja, Koo.

Jungie
Apanya yang dilupakan?
Ciumannya?
Oh, tidak bisa.

Me
Bukan, maksudku lupakan
soal Kak Yungi akan marah.
Memangnya ia pernah marah
denganmu?

Jungie
Ya, tidak pernah sih ...

Me
Ya sudah, jangan dipikirkan

Jungie
Baiklah

Kau sudah ingin tidur?

Me
Eum, baru ingin.

Jungie
Ya sudah, selamat tidur, Manis.
Ini terakhir kali aku menggodamu.
Janji!

Aku tetap harus memikirkan
perasaan Kak Yungi.

Gadis itu tersenyum. Percakapannya dengan Junggo memang biasa saja, sih. Hanya berisi hal-hal random seputar keresahan si pemuda. Tetapi semua terasa menyenangkan. Mungkin karena Junggo masih menganggapnya sebagai kekasih Yungi. Dan lagi, bagaimana bisa Keira menyukai lelaki bodoh begitu?

Memangnya Junggo tidak sadar bahwa marganya dengan Yungi itu sama? Kenapa pemuda itu masih bersikap tak tahu dan bodo amatan?

Mengenyahkan pemikiran konyolnya, ia kembali menutup ponselnya dan memejamkan kedua matanya. Rasa kantuk kembali hadir hanya karena menatap layar ponsel. Gadis itu menyamankan posisinya sambil memasang sebuah lagu sebagai teman tidur terlambatnya ini.

ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang