25 | Do You Love Me?

170 21 1
                                    

Selesai membersihkan diri, Junggo langsung turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan sudah ada kedua orang tuanya dan Sean yang sudah duduk rapi.

"Anak Buna tampan sekali ini, aduh ...," goda sang bunda yang langsung membuat telinga Junggo memerah.

"Tentu saja, pasti banyak yang suka dengan Junggookie, 'kan?" Sean mengambil piring dan menyidukkan nasi beserta lauknya untuk Junggo.

Kebetulan sarapan pagi ini ia dan bunda membuat nasi goreng kimchi juga telur dadar gulung. Ayah Jungwoon hari ini akan melakukan perjalanan bisnis, jadi bunda sengaja menyiapkan lauk yang cukup banyak untuk dijadikan bekal.

"Aish, ada satu yang tidak suka." Bunda menyela, mengangkat satu tangannya mengibas ke udara.

"Benarkah? Siapa yang tidak suka dengan Junggookie? Orang itu masih waras?"

Setahu Sean, Junggo ini sosok yang mudah dicintai. Ia saja hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menyukai pemuda itu, masa iya ada yang tidak menyukai Junggo? Bagian mana dari Junggo yang tidak disukai? Senyumnya? Junggo memiliki senyum yang manis, hidungnya mengkerut lucu dan gigi kelincinya menampakkan diri kadang-kadang. Tawanya? Junggo memiliki tawa yang khas, jenis tawa yang menyenangkan. Tubuhnya? Oh, jangan salah. Tubuh Junggo sekarang jauh lebih besar dan membahayakan, membuat jantungan. Semua yang ada pada diri Junggo jelas bisa membuat orang iri dan jatuh cinta. Lantas, bagian mana?

"Ada satu. Tapi Junggo sudah berhasil membuat orang itu menyukaimu, 'kan?"

Junggo hanya tersenyum mendengar pertanyaan bunda. Tak perlu di jawab. Ada Sean di sini, anak itu akan curiga dan menuduh macam-macam. Meskipun sebenarnya tidak masalah. Mereka tidak memiliki hubungan apa pun.

"Eh iya, semalam Keira pulang jam berapa?"

Junggo mendongak, ia menghela napas pelan. Kenapa masih membahas topik yang sama, sih? Junggo itu risih. Terlebih ia belum menjelaskan apa pun pada Sean.

"Lho, Keira datang, Bun? Kenapa tidak beritahu Ayah?" Ayah menginterupsi.

"Kau sedang di ruang kerja, jadi tidak aku beritahu karena takut mengganggu."

Sebelum menjawab, Junggo berdeham. "Tak lama setelah kami mengobrol, dia pulang, Bun."

"Pulang dengan siapa, naik apa?" Ayahnya bertanya sekaligus.

Junggo sempat takut untuk menjawab, jadi ia membutuhkan waktu yang agak lama untuk membalas. "Sendirian dengan taksi online."

"Aiguu, kenapa tidak disuruh menginap? Kasihan calon menantuku pulang sendirian malam-malam begitu."

Entah ini perasaannya saja atau bunda memang tengah memanas-manasi, tetapi kalimat bunda tadi langsung membuat Junggo terdiam dan merasa bersalah. Sean yang mendengar itu juga langsung menoleh pada Junggo. Seolah menanyakan maksud dari ucapan bundanya.

Alih-alih menjelaskan, Junggo memilih menyantap sarapannya lagi. Tak mau memikirkan.

"Sean, kau akan pulang minggu depan?"

Sean menoleh. "Tidak, Buna. Papa menyuruhku untuk gap year, katanya aku disuruh belajar bisnis dulu bersama papa dan akan melanjutkan perkuliahan tahun depan."

Jungwoon menyahut, "Sean mengambil jurusan yang sama dengan Papa?"

"Eung, Papa juga memasukkanku ke tempatnya kuliah dulu."

"Baguslah. Rajin-rajin, ya belajarnya. Segera beritahu kami jika sudah punya pacar. Kami tidak sabar mengetahui siapa yang bisa membuat adik manis ini jatuh cinta." Jungwoon menyeruput kopi hitamnya setelah kalimat itu dilontarkan.

ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang