34 | Who's Sean?

144 23 0
                                    


Part ini cukup panjang.

____

Sejak dulu, Junggo selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk menjadi anak yang baik. Harus menurut, tidak boleh membantah, dan jangan nakal. Junggo sendiri tak ingat, bagian mana dari kenangan masa kecilnya yang menyebalkan. Tidak ada sih, kebanyakan diisi oleh Junggo kecil yang menggemaskan dan disayang ayah dan bunda.

Karena didikan yang seperti itu, Junggo jadi pihak yang banyak mengalah. Terlebih ayah selalu bilang, "Nak, jadi laki-laki tidak boleh jahat ya, sama teman-teman, apalagi perempuan."

Junggo sebenarnya tidak jahat, tidak pelit, tidak sombong juga, tapi Taekyung yang sudah ada di sisinya sejak Junggo berusia sepuluh tahun selalu saja mengejek Junggo demikian. Tidak tahu itu asal muasal pelit dan sombongnya dari mana. Padahal Junggo itu baik hati dan penurut.

Junggo juga ingat, selama berteman dengan ke-enam kakaknya, kepribadian mereka banyak mempengaruhi sikap Junggo juga. Sosok Junggo tumbuh berdasarkan bayangan sikap dan kebiasaan kakaknya. Gemar bercanda dan makan seperti Seojin, senang bermain game seperti Yungi, hobi menari seperti Hosik, senang bersepeda dan mengoleksi buku seperti Namu, nah kalau tebar pesona itu ajarannya Jimmy, sedangkan kalau dengan Taekyung, Junggo belajar cara beradu mulut. Termasuk cara menjadi jantan. Ya, kalian tahulah, tentang itu.

Karena itu juga, Junggo tak sering berteman dengan lawan jenis. Lingkaran pertemanannya itu lagi, itu lagi. Namun meskipun begitu, memori masa kecilnya masih sangat matang dan segar.

Junggo ingat saat ayah datang ke dalam kamarnya, dan membawakan satu gelas susu cokelat hangat. "Junggookie, ingin tahu, tidak?"

"Eung? Tahu apa, Yah?"

"Ayah membawa teman baru untuk Junggookie."

Teman? Yang mana?

Kemudian, sayup-sayup telinganya mendengar langkah kaki, kedua matanya menangkap kehadiran seseorang di depan pintu kamarnya. Presensi seorang gadis cilik, surai layaknya matahari, dikuncir dua, memakai kaus one piece berwarna pudar, kedua tungkainya dilapisi kaus kaki warna warni. Junggo menatap sosok tersebut setengah jijik. Ini badut dari mana?

"Namanya Sean, Han Sean. Putri dari teman Ayah."

"Halo, Junggookie!"

Junggo tak ingat apa yang sudah terjadi padanya setelah kedatangan Sean. Manusia mini yang cerewet bukan main itu nakalnya minta ampun. Junggo sering diganggu, kerap kali dijahili, rambutnya ditarik-tarik, bahkan stok susu pisangnya juga ditandaskan. Awal-awal kedatangan Sean itu ibarat bencana bagi Junggo. Ia tidak bisa tidur dengan tenang sebab Sean akan menyelinap masuk ke dalam kamarnya, menarik selimut dan memainkan konsol gamenya sendirian.

Junggo tidak tahu bagaimana bisa makhluk ini masuk, tapi yang jelas, Sean ini nakalnya minta ampun.

Akibat itu juga, Junggo tidak suka berteman dengan perempuan. Sudah nakal, cerewet, banyak maunya, dan lagi, cengeng. Junggo pernah menyembunyikan boneka barbie kesayangan Sean, sengaja sebagai ajang balas dendam karena susu pisangnya dihabiskan. Namun, Junggo harus menelan rasa takut saat Sean justru menangis dengan kencang bahkan sampai guling-guling di atas ranjangnya.

"Kembalikan Momon! Huaaaaa!" Junggo panik, awalnya tidak tahu Momon itu siapa. Namun saat menyadari bahwa Momon adalah boneka barbie yang jelek itu, Junggo tidak jadi herannya.

Bagaimana mau heran, namanya juga Sean. Makhluk aneh berjenis kelamin perempuan yang sialnya datang ke dalam kehidupan Junggo. Saat itu usianya baru dua belas, sementara Sean sepuluh. Ayah sudah mengatakan pada Junggo untuk menjaga Sean dengan baik, katanya harus disayang dan diperhatikan. Harus jadi laki-laki yang bertanggung jawab.

ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang