08 | Skeleton

190 36 2
                                    

---

ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ orang pikirkan tentang pesta? Tak jauh dari definisi kesenangan dan kebebasan. Berada dalam lautan manusia yang turut menggerakkan tubuh hingga memanas, menenggak cairan candu hingga mabuk, atau sekedar berbincang sekaligus mencari lawan bicara. Seharusnya sih, seperti itu.

Tapi, bagaimana jika pesta adalah sebuah sarana untuk menuntaskan kuriositas pun konfrontasi yang terjalin secara tak kasat?

Junggo tentu menjadi pihak yang melakukan demikian. Diantara lingkaran manusia yang duduk mengelilinginya di sebuah sofa berukuran sedang, netranya menatap seorang gadis yang duduk di samping Yungi. Begitu anggun dengan dress kasual juga surai karamel yang digerai. Banyak pertanyaan yang memenuhi serebrumnya. Seperti, sejak kapan gadis itu dekat dengan Yungi? Apa hubungan mereka?

Apa mereka memiliki relasi yang pada akhirnya membuat Yungi melemparkan ultimatum telak agar ia tak mendekati Keira.

"Jung, kau tak minum?" tanya Namu. "Kau sudah legal, kau juga pernah meminumnya sekali, cobalah. Alkohol di sini adalah yang terbaik." tawarnya seraya menyodorkan satu gelas sloki.

"Tidak, Kak. Nanti saja." Bukannya Junggo tak mau, ia mau-mau saja. Tapi masalahnya ia tidak berselera sama sekali. Berbeda dengan Taelyung yang kini asik menenggak alkohol sambil sesekali menyapa Keira yang juga balas menyapanya. Ada hubungan apa Taekyung dan Keira? Mengapa hanya dirinya yang tak mengenal dekat gadis itu?

"Kalian belum kenalan, lho." kata Seojin.

Junggo berkedip cepat, napasnya tercekat. Ia gugup. Si cantik yang kini menatapnya justru mengulas senyum yang manis sekali. Sepasang netranya bergerak ingin tahu, dipenuhi kuriositas yang sama dengannya. Hosik melanjutkan, "Keira ini Junggo, dia yang termuda diantara kami. Dan Junggo ini Keira, mahasiswi pindahan yang sempat kita bicarakan. Seperti yang kau lihat, dia adalah orang spesialnya Kak Yungi."

Junggo pikir, ia tidak akan terkejut sebab mendengar kalimat terakhir yang dilesatkan. Sayangnya ia keliru. Agaknya wajar jika hal itu adalah kebenarannya, sebab dilihat secara langsung pun Yungi dan Keira memang nampak dekat. 

Barangkali itu juga yang mendasari Yungi mencetuskan ultimatum untuknya. Junggo sedikit tak terima, sebab .. hei—Junggo tak suka dikalahkan. Bahkan ia belum memulainya sama sekali.

Junggo terkekeh, menyahut dengan menyelipkan sedikit rasa malu, "Senang berkenalan denganmu. Pantas saja Kak Yungi berkata tentangmu tempo hari, ternyata ini maksudnya."

Oke, jangan bersedih, Jung. Sabar. Kasihan sekali anak manusia yang satu ini. Baru saja menyukai seorang gadis—hanya menyukai loh, ya— eh, sudah ditikung duluan. Heumm..

Kalimat tersebut hanya dibalas dehaman singkat dari yang lainnya. Yungi bahkan memilih abai dan asik menenggak alkohol. Dentum musik terdengar menggila, diam-diam Junggo mensyukuri hal itu sebab suaranya bisa mengalahkan detak jantungnya yang bertalu cepat saat ini. Keira itu benar-benar cantik. Persis seperti apa yang orang lain bicarakan. Dalam momen tersebut, Junggo menyaksikan bagaimana netra cerah itu berkedip lambat, netra yang sama yang berhasil menariknya mendekat. Mencari sebuah kebenaran guna memenuhi kuriositasnya. Netra yang sama yang kini melirik padanya sekilas disertai senyum tipis dari bilah bibir semerah ceri.

Junggo, kau masih hidup, kan?

"Eh iya, tempo hari Junggo bilang dia menyukaimu. Katanya ingin dekat denganmu. Boleh, tidak?"

Taekyung mulai lagi. Namun Junggo yang tenang itu mendadak panas. Netranya membola bersama gerak tubuh yang mendadak beku. Pemuda Kwon itu melemparkan mesiu yang siap menjatuhkan Junggo sedemikian rupa. Pun berhasil telak menembus harga diri Junggo yang lenyap entah kemana. Sial. Taekyung masih saja keji. Julid. Tak bisa dipercaya.

ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇs ᴛᴇʟʟ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang