34. -Ya begitulah-

146 38 8
                                    

Bang Chan terdiam mendengarkan dengan seksama apa yang tengah dijelaskan wanita di depannya. Baginya, apa yang di sampaikan itu bagaikan omong kosong yang membuatnya merasa berada di alam mimpi saking gak nyangkanya dia dengan semua ini.

"Makasih Mel atas semua penjelasannya." Dia bangkit dari duduk meraih jaketnya yang tersampir di punggung sofa.

"Chan lo mau kemana?" Pak Devan berhasil menahan langkah itu walaupun hanya sesaat.

"Gue pamit pulang." Jawabnya dingin berjalan ke pintu utama.

"Chan! Maafin gue." Kak Amel berdiri natap lirih punggung itu. Orang yang dipanggil seketika menoleh seraya melemparkan senyum ketir di sudut bibirnya.

"Kenapa harus minta maaf Mel? Lo gak salah apa pun ke gue." Jawabnya diakhiri dengan kekehan yang seolah kekehan itu sengaja ia tunjukkan untuk dirinya sendiri karena selama ini ia begitu bodoh tidak tahu-menahu tentang semuanya.

Setelah menunjukkan senyum ketirnya Bang Chan pun menarik daun pintu tanpa menoleh lagi ke sosok wanita yang masih setia menatap kepergiannya. Manik mata Kak Amel mulai berkaca-kaca, jelas banget kalo dia teramat merasa bersalah karena sudah mengecewakan sahabatnya. Benar-benar mengecewakannya.

Melihat dia yang terpuruk dengan rasa bersalahnya itu, gue pun bangkit dari duduk. Nyamperin dia bermaksud menenangkannya. Tepat saat gue menepuk-nepuk bahunya Kak Amel langsung meluk gue dan nangis sejadi-jadinya. Sembari sesenggukan gak henti-hentinya dia menuturkan kata maaf ke gue karena sudah mengecewakan Bang Chandra.

Gue tau dia gak bermaksud membohongi abang gue kalo aja Bang Chan gak punya perasaan ke dia. Mungkin Kak Amel memilih menutupi semuanya selama ini biar abang gue gak sakit hati karena dia menikah dengan laki-laki lain. Tapi Kak Amel gak tau kalo apa yang dia sembunyikan itu justru makin membuat Bang Chan sakit hati karena telah dibohongi. Kalo aja dari dulu dia jujur soal Bang Syakir mungkin abang gue bakalan menghapus perasaannya itu dan menerima kenyataan kalo Kak Amel emang gak bisa dia miliki.

Sayangnya waktu gak bisa diputar. Semua ini udah terlanjur terjadi dan Bang Chan udah kecewa berat. Bukan, bukan kecewa karena Kak Amel nikah sama orang lain, tapi kecewa karena Kak Amel menutupi pernikahannya itu dari dia. Yang bisa Kak Amel lakuin sekarang ya hanya meminta maaf ke Bang Chan dan berharap kalo dia memaafkannya.

Esok harinya, saat Kak Amel pamitan ke gue, matanya keliatan bengkak akibat menangis semalaman. Meskipun begitu dia tetap berusaha untuk menunjukkan senyum manisnya ketika gue nanya soal suasana hatinya.

"Kak Amel beneran mau pulang sekarang?" Tanya gue nyentuh pundaknya pelan.

Dia pun mengangguk. "Iya Char, saya akan pulang sekarang. Terima kasih ya kalian sudah mengijinkan saya dan Gio menginap."

"Iya kak sama-sama." Balas gue lagi.

"Kalo begitu saya pamit dulu ya." Membenarkan tasnya Kak Amel pun meraih Gio ke pangkuannya.

"Dadah Gio." Gue cubit pelan pipinya ngebuat dia yang tadinya lagi anteng sama mainan robotnya jadi noleh.

"Dadah Tante Lisa. Gio sama mami pulang dulu ya." Pamitnya sambil dadah-dadah gemes.

Akhirnya mereka pun pergi ninggalin gue yang masih setia mandangin mereka dari teras.

Gue pun balik masuk ke dalam rumah nyamperin Pak Devan di meja kerjanya. Dia lagi fokus banget sampe-sampe gak nyadar sama kehadiran gue.

"Risa kamu ngagetin saya aja." Dia kaget ngeliat gue yang udah duduk di kursi kosong di sampingnya.

"Fokus banget pak. Lagi ngerjain apa tuh?" Gue kepo ngelirik ke layar yang menyala itu.

Gue Ketemu Doi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang