37. -Hanya tentang kita-

149 43 8
                                    

"Sudah menjadi sebuah keharusan bagi saya untuk membuat kamu bisa tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah menjadi sebuah keharusan bagi saya untuk membuat kamu bisa tersenyum.
Karena bahagia kamu adalah bahagia saya dalam hidup ini"

~

Gue gak bisa nahan air mata menyaksikan dia yang tengah mempersembahkan sebuah nyanyian di depan sana. Dengan gitar di pangkuannya dia terus bernyanyi menyampaikan bait per bait lirik lagu yang dibawakannya dengan begitu dalam.

Terlalu terpana dengan semuanya gue gak sadar kalo tangisan haru gue ini mulai menjadi-jadi. Gue gak bisa membendung lagi air mata karena gue terlalu bahagia. Melihat dia yang ada di hadapan gue sekarang rasanya masih terasa seperti sebuah mimpi. Bisa memilikinya, bisa menyentuhnya, bisa hidup bersamanya, bisa merasakan perhatiannya, semuanya benar-benar masih terasa seperti mimpi.

"Selamat ulang tahun Charissa." Masih dari tempatnya berdiri dia memberikan ucapan selamat dengan kedua sudut bibirnya yang mengembangkan seulas senyum yang begitu manis.

Usai dengan petikan gitarnya dia jalan menghampiri gue lalu berdiri tepat di depan gue. Kedua tangannya ia lentangkan —menginstruksikan gue untuk datang ke dekapannya. Menyeka sejenak sisa air mata gue pun datang memeluknya. Tangisan gue kembali pecah bahkan membasahi kemeja yang dia kenakan.

"Kamu kenapa nangis terus Rissa?"

Plak!

"Aduh! Kenapa kamu mukul saya?" Protesnya bingung tatkala gue tiba-tiba aja menggeplak tangannya.

"Keterlaluan tau pak! Masa katanya tadi Pak Devan tenggelam. Saya beneran panik tau!" Rutuk gue dengan suara yang gemetar. Gue kembali melanjutkan tangisan haru di dekapannya.

Sementara itu dia dibuat melongo dengar penuturan gue barusan.

"Ha? Tenggelam? Siapa yang bilang saya tenggelam Ris?"

"Tuh tadi Kak Andre yang bilang." Jawab gue menoleh ke seseorang yang berdiri tak jauh dari kita. Sadar kalo lagi diomongin laki-laki jangkung itu langsung membuang muka —pura-pura gak tau apa-apa.

"Dasar si Andre. Dia terlalu berlebihan. Saya cuma nyuruh dia buat bilang kalo saya itu pingsan bukannya tenggelam." Pak Devan geleng-geleng kepala menatap sebal ke temannya yang sekarang lagi nyengir hambar.

"Pingsan mah gak seberapa Van, gak seru. Ya udah gue bilang aja kalo lo itu tenggelam. Biar Charissanya makin panik." Masih dengan cengirannya yang menyebalkan Kak Andre gak mau disalahkan.

"Ucapan adalah doa Ndre. Kalo gue beneran tenggelam gimana? Amit-amit deh."

Emang teman lucknut tuh si Kak Andre.

Gue Ketemu Doi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang