Tok tok tok
Untuk kesekian kalinya pintu kamar diketuk cukup keras. Awalnya gue kira suara itu cuma ada di mimpi gue doang. Eh taunya emang beneran ada orang yang lagi ngetuk pintu.
Gue buka mata diam sejenak ngumpulin nyawa lalu beranjak bangun. Dengan langkah malas gue jalan ke dekat pintu. Gue putar kunci siap-siap mau buka pintu kamar. Tapi sebelum itu gue rapiin dulu rambut yang acak-acakan dan mastiin ada belek apa nggak di sudut mata. Ya kali gue berhadapan sama Pak Devan masih belekan. Kan malu.
Daun pintu pun terbuka. Gue yang tadinya mau mengucapkan selamat pagi seketika cuma bisa ternganga lebar —kaget dengan keberadaan orang asing di depan gue. Gue kicep mandangin dia. Senyuman gue pun luntur tergantikan kebingungan.
"Kamu siapa?" Tanyanya dengan tatapan penuh selidik. Kedua tangannya pun terlipat di dada. Gue tebak wanita itu sepantaran bunda.
"Sa—" Belum sempat gue jawab dia udah nyerocos aja.
"Ngapain kamu tidur di kamar anak saya?" Dia memicing dengan curiga.
"Devannya mana?"
"Kamu siapa sih sebenarnya?"
"Kenapa bisa kamu ada di sini?"
Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar dari mulutnya. Dan gue selaku orang yang dilempari berbagai pertanyaan itu sama sekali gak dikasih kesempatan buat jawab.
"Jangan bilang kalau kamu sama Devan—"
Jantung gue udah dag dig dug aja ngeliat raut penuh curiga nih ibu-ibu. Gue beneran kayak lagi diintrogasi.
"Saya—"
"Loh, mama?"
Lagi dan lagi ucapan gue terpotong tatkala Pak Devan datang dengan raut terkejutnya ngeliat wanita itu. Habis naruh kresek yang entahlah isinya apa dia pun jalan ngehampirin kita.
"Van, siapa dia?" Wanita itu nunjuk gue dengan lirikan matanya. Tatapan itu dengan jelas mengisyaratkan bahwasanya ia menginginkan sebuah penjelasan dari Pak Devan mengenai keberadaan gue di sini.
Gue yang ngeliat manik matanya beneran takut banget. Takut kalo gue dicurigai yang enggak-enggak.
Dan kenyataannya gue emang dicurigai yang enggak-enggak sama dia.
Kita berdua pun diseret ke ruang tamu, dihujami berbagai penuturan-penuturan penuh tidak sangka darinya. Dia terus aja memojokkan gue sama Pak Devan dengan dugaan-dugaan negatifnya.
"Van, mama benar-benar gak nyangka ternyata kamu gak pulang selama dua bulan ini karena dia?" Masih dengan lirikan tajamnya itu dia menggeleng tak menyangka kemudian balik lagi mandang anaknya.
"Ma, biar saya jelaskan. Rissa ini cuma numpang nginep sehari di sini. Kemarin pas pulang kemping dia bingung mau kemana soalnya orang rumahnya lagi pergi ke luar kota. Saya kasian sama Rissa. Makannya saya membantunya. Apalagi kan dia murid saya. Ter—"
"Murid? Nah! Apalagi dia murid kamu." Wanita itu memotong penjelasan Pak Devan. Matanya semakin membulat saja ketika tau kalo gue ini murid anaknya. Alhasil gue pun kembali dilempari tatapan penuh curiga darinya.
Ini gue beneran gak bisa berkutik jadinya.
"Meskipun dia murid kamu kenapa juga dia harus nginep di sini? Harusnya kamu nyuruh dia buat nginep aja di rumah temennya. Bukan malah dibawa ke sini." Cerocosnya lagi.
"Kamu punya temen kan?" Dia noleh lagi ke gue. Otomatis gue mengangguk ribut mengiyakan pertanyaannya. Ya iya lah gue punya temen masa iya enggak.
"Ma—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Ketemu Doi [COMPLETED]
Teen FictionIni tentang gue, Charissa Hardi yang masih duduk di bangku SMA. Singkatnya gue ketemu sama 'Doi' yang berhasil masuk ke kehidupan gue. Doi yang tak lain adalah guru di kelas gue. Namanya Pak Devan Danuarta. Tapi gue manggil dia dengan sebutan pak h...