19. -Ijab qabul dan sebuah kado-

226 40 13
                                    

Siap gak siap gue harus siap menghadapi kenyataan ini. Kenyataan dimana gue secara resmi dipersunting Pak Devan.

Kaget gak kalian?

Kalau kaget sama gue juga kaget.

"Char!"

Gue noleh natap orang yang barusan nyentuh pundak. Dia Hanin, berdiri di samping gue sembari melemparkan senyum tipis lalu melontarkan sebuah sanjungan.

"Lo cantik banget Char." Tuturnya disambut anggukan oleh Megan juga Ana.

Selaku orang yang dipuji gue cuma bisa balas senyum —agak salting dikit lalu kembali lagi liat pantulan diri di cermin. Gue sendiri beneran pangling sama penampilan gue saat ini. Bener-bener jauh berbeda dari Charissa yang biasanya. Hari ini gue terlihat lebih anggunly mengenakan kebaya pengantin berwarna putih. Wajah gue pun dipoles make-up yang lumayan tebel. Rambut ditata rapi bermahkotakan siger. Gak cuma itu kedua punggung tangan gue pun berhiaskan hena.

Sumpah ya sekarang gue beneran ngerasa kayak lagi di alam mimpi. Masih gak nyangka banget sama apa yang terjadi.

Tok tok tok

Suara ketukan itu bikin gue noleh memperhatikan siapa yang datang. Rupa-rupanya bunda. Sambil senyum manis bunda jalan nyamperin gue.

"Char, ayo." Ajaknya menggaet pelan tangan gue agar segera keluar dari ruangan ini. Gue cuma ngangguk ikutin instruksinya dia.

Perlahan tapi pasti kaki gue pun melangkah keluar dari ruangan ini menuruni satu persatu anak tangga menuju pelaminan di bawah sana. Bunda memapah gue, menghantarkan ke sebuah kursi kosong yang berada di samping seseorang yang lagi memperhatikan kedatangan kita. Seseorang itu tak henti-hentinya tersenyum sampai pada akhirnya gue duduk tepat di sampingnya.

Pak Devan. Dia membisikkan sesuatu setibanya gue di sana.

"Kamu cantik sekali Rissa." Sanjungnya berhasil bikin pipi gue terasa panas seketika.

Fly gue dipuji sama Pak Devan barusan. Duh kaki gue kira-kira masih napak gak ya.

"Makasih pak." Gue cuma bisa bilang gitu sambil nunduk malu karena beneran gak berani natap dia. Kalo sampe gue noleh yakin banget pasti jantung gue makin berdisko ria alias gak karuan banget berdegupnya. Apalagi liat dia yang lagi senyum manis. Dahlah gue nyerah langsung meleleh dibuatnya.

Sumpah ya jantung gue makin berdegup kencang aja duduk di pelaminan bareng dia. Kalo degupannya udah gak normal kayak gini takut banget kalo nanti tiba-tiba sakit gue malah kumat.

Aduh jangan sampe deh. Amit-amit!

"Saudara Devan Danuarta bin Firman, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya, Charissa Larasati Naurah Hardi binti Danu Hardi dengan mas kawin 10 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Charissa Larasati Naurah Hardi binti Danu Hardi dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Ucap Pak Devan lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillahhirobbil alamin."

Sesaat setelah ijab kabul itu terucap dengan begitu lantang dalam satu tarikan nafas, tiba-tiba aja mata gue serasa panas mulai berkaca-kaca. Rasanya terharu banget dengerin dia yang berucap begitu yakin menjadikan gue sebagai istrinya?

Dia beneran mempersunting gue?

"Ris,"

Panggilan itu menyadarkan gue dari lamunan. Atensi gue teralih natap sebuah punggung tangan yang tiba-tiba disodorkan. Tau apa yang harus dilakukan segera gue meraih punggung tangan itu untuk kemudian menciumnya. Selesai mencium tangannya gue pun balik lagi menegakkan badan. Di hadapan gue gak henti-hentinya dia tersenyum manis bikin gue membalas senyumnya juga.

Gue Ketemu Doi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang