28

8.8K 634 52
                                    

Bitch?

 

"Jadi Anak yang Sholeh Sholehah, Sehat-sehat di Dalam sana, jangan persulit Bunda ya Sayang." Nasehat Aldo sambil mengelus perut Arra yang tertutup Mukenah dengan Lembut.

 
"Siap Ayah."Balas Arra dengan menirukan suara Anak Kecil.

 
Mereka berdua tertawa pelan, karena merasa Lucu dengan Sikap Arra Tadi. Aldo Tersenyum menatap dalam Mata Arra yang juga menatap matanya.

 
"Kalau Dia perempuan, Sholehah kan Dia Cukup Seperti Bunda nya."Ucap Aldo.

 
"Jika dia laki-laki, Sholeh kan dia seperti Ayah nya saja sudah Cukup."Balas Arra Tersenyum Lembut.

 
"Gw masih merasa belum Sholeh Ra, gw banyak salah dan dosa."

 
"Arra juga gitu, tapi Arra yakin. Kak Al itu imam yang Sholeh untuk Arra dan anak kita."Aldo Tersenyum mendengar penuturan Arra yang mampu membuat nya merasa menjadi laki-laki yang beruntung di Dunia.

 
"EKHEM! Udah, Ngomong Unfaedah nya?"Aldo dan Arra kaget karena di ambang pintu kamar mereka terdapat Mak lampir, Eh maksudnya Alena.

 
"Ngapain lu di situ?"Tanya Aldo datar.

 
"Dirga, lu di panggil Om Malik."Ucap Alena lembut, Namun malah Membuat Aldo bergidik Geli.

 
"Hm."Balas Aldo singkat.

 
Alena berlalu begitu saja tanpa menyapa Arra, Arra menghela nafasnya pelan. Sebenarnya Apa salah nya Arra, Sampai-sampai Alena bersikap Acuh bahkan terlihat membencinya.

 
"Ntar lu kebawah ya, Gw duluan. Soalnya udah di panggil sama Papa."Ucap Aldo Sambil melepas peci nya.

 
Arra Hanya mengangguk pelan, sedangkan Aldo keluar kamar dengan masih menggunakan Pakaian Koko dan Sarungnya. Aldo melihat papa nya yang sedang duduk santai di atas sofa sedang Bertelepon dengan Seseorang.

 
"Iya Man."

 
"Aku titip Arra ya Lik, jaga dia."

 
"Astaga, Kamu ini kaya ngomong sama siapa aja. Kita ini besan an, Aku sudah menganggap Arra seperti Anak ku sendiri."

 
"iya aku tahu, tapi tetap saja aku minta tolong sama kamu buat jagain Arra dan Anaknya."

 
"Sudah, Aku pasti ingat pesan kamu buat jaga in Arra sama calon Cucu."

 
"Aku percayakan kepada Kamu dan Aldo. Kalau begitu Aku tutup telponnya Lik, Assalamualaikum."

 
"Iya, Waalaikumsalam Man."Papa Malik menutup telpon nya, lalu menoleh ke arah Aldo yang baru saja duduk di seberangnya.

 
"Ayah Rahman ya Pa?"Tanya Aldo penasaran, karena Papa Malik tadi membahas Arra dan Calon Cucu mereka.

 
"Iya, kamu baru selesai Sholat isya?"Tanya papa Malik. Aldo mengangguk singkat, "Kenapa Pa, kata Alen tadi Papa manggil aku?"

 
"Oh itu, jadi Gini Al, Papa mau kamu belajar Bisnis tentang perusahaan dari dini."

 
"Kenapa?"tanya Aldo.

 
"Belajar dari sekarang bukan Masalah kan? Apalagi sekarang kondisinya sudah berbeda Al. Kamu ini kepala keluarga, seorang Suami dan sebentar lagi menjadi ayah."

 
"Aldo belum siap Pa, Aldo harus menghadapi Ujian sebentar lagi."Ucap Aldo terlihat Memelas.

 
"Kamu tau, semua hal yang berhubungan dengan kamu dan Apabila itu terbaik maka Papa tidak akan menerima penolakan."Aldo mendengus dingin, selalu seperti ini. Apa yang menjadi pilihan nya selalu di Tentang Papa Malik.

 
"Pa, Aldo bakalan Menjadi penerus Papa, tapi Aldo mohon Ngga sekarang waktunya."Ucap Aldo meminta pengertian kepada Papa Malik.

 
"Papa cuman Bilang Belajar Aldo, Bukan sekarang Papa maksud. Satu atau dua kali dalam seminggu pergi ke kantor Papa, Di sana kamu akan belajar tentang bisnis, apabila nanti kamu kuliah di jurusan yang Sesuai, maka tidak kesulitan lagi."Jelas papa Malik.

 
Aldo menghela nafasnya berat, kalau sudah begini dirinya tidak mampu menolak lagi. Sebenarnya Aldo sadar, sekarang dirinya bukan Remaja pada umumnya. Aldo adalah kepala keluarga kecilnya bersama Arra, Suami yang harus menafkahi Keluarga kecil nya dan Calon Ayah anak-anak nya, Eh! Anak-anak?

 
Arra hanya Diam dari Balik Tembok, Dirinya mendengar semua Ucapan Dua laki-laki berbeda Generasi itu. Arra merasa kasihan kepada Aldo, Menurutnya Karena Dirinya lah Aldo berada di situasi saat ini.

 
Saat Arra berbalik, Dirinya Terkejut melihat kehadiran Alena yang ternyata ada di Belakang nya, "Alen?"Gugup Arra Seperti kepergok sedang melakukan kejahatan.

 
"Kenapa Hm?"Tanya Alen Tersenyum Miring.

 
"Ka-kamu ngapain di sini?"Tanya Arra Balik dengan menutupi kegugupannya.

 
"Eh Ra, Lu tuh ga usah Sok Polos. Lu tau ga sih, Hadir nya lu di dalam keluarga ini, malah mempersulit Masa depan Dirga. Lu ga tau Apa aja yang udah di Rancang Dirga selama ini dan dengan mudahnya Kuman  sekecil Lu ini menghancurkan semua nya."Ucap Alen terdengar berbisik, Namun penuh kebencian.

 
Arra menatap tak percaya ke arah Alen, Tentu saja perkataan tersebut cukup menyakitkan hati Arra. Kuman Macam apa dirinya ini yang di maksud oleh Alena?

"Ar-ra di sini Korban, Ar-ra Ga pernah minta buat jadi begini."Balas Arra serak menahan Tangisnya.

 
"Halah, ga usah Bacot lu ya, Di sini gw tekenin sama lu ya, Tinggalin Dirga."Bisik Alena Sinis.

 
"Ar-ra ga Mau hiks." Ucap Arra di sela Isakan Tangisnya, Runtuh sudah pertahanan Arra untuk tidak menangis di depan Alena.

 
"Ck, Gw ga peduli. Lu mau atau Ga ada di tangan lu, tapi jangan salah in Gw, Kalo Dirga berpaling dari Lu, Bitch." Ucap Alen lalu berlalu begitu saja.

 
Bitch!

 
Bitch!

 
Bitch!

 
Kenapa kata-kata itu membekas di Ingatan Arra, Arra terduduk lemas di Atas Lantai sambil menangis dalam diam, Meremas lututnya yang terasa Tak berdaya. Arra memang hanya Anak Desa, namun bukan berarti dirinya Tidak tahu apa maksud dari setiap ucapan yang keluar dari Mulut Pedas Alena.

 
"Ra, Lu kenapa hey?"Tanya Aldo kaget saat mendapati Arra yang menangis sambil terduduk di lantai. Arra mendongak menatap Aldo, Lelehan air matanya tidak dapat dirinya sembunyikan. Arra merasa Hancur, susah payah dirinya menerima Takdirnya.

Namun apa? Alena Hadir dan dengan mudahnya meruntuhkan tembok kekuatan yang sudah diri nya bangun. Alena hanya orang baru yang hadir di lingkungannya, Menghina nya tanpa tahu Kebenarannya.

 
"Kenapa hm?"Tanya Aldo sekali lagi karena tidak mendapat jawaban dari Arra. Arra menggeleng pelan, Menghapus air matanya dengan Kasar. Dirinya tidak boleh lemah, Arra yakin bahwa ini adalah salah satu Ujian yang di Berikan-Nya.

 
"Alen, Arra akan tunjukin ke Kamu kalau Arra Bukan perempuan lemah!"Batin Arra.

 
Arra berdiri dari Duduknya di lantai, di bantu Oleh Aldo. Kedua jempol Tangannya Aldo ikut membantu menghapus air matanya Arra.

"Ada yang sakit?"Tanya Aldo khawatir.

 
Arra menggeleng pelan, "Ngga kok Kak Al, Ar-ra cuman kangen Ayah sama Ummah."Ucap Arra serak karena sehabis menangis.

Aldo mengangguk paham, "Nanti Telpon Ayah sama Ummah ya."

ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang