38

15.2K 695 218
                                    

Ziarah Makam Ayah Rahman

 
Kini Arra dan Teman-teman yang di maksud Oleh Abangnya, Sedang Duduk Lesehan di Lantai Teras Rumah Keluarga Ar-Rahman. Hening, sedari Mereka Duduk belum ada lagi yang membuka Suara. Sebenarnya Arra tidak masalah dengan kedatangan Lima Orang Ini, Tapi rasanya sangat canggung dengan Salah satu Dari Mereka Berlima.

 
"Ra, Aku Em-minta Maaf ya."Ucap Lina sambil Meremas pelan Jari-jarinya yang saling Bertautan.

 
"Lin, Kamu ga salah kok. Aku udah maafin Kamu dari Dulu."

 
"Kaga Ra, Lina waktu itu emang bener-bener Keterlaluan, dia pantas untuk Minta Maaf sama Kamu."Rana bersuara, karena Menurutnya Perkataan Lina Waktu Itu sungguh Menyakitkan hati.

 
"Di tambah Masalah Lina yang ngasih tau kehamilan kamu di Grup Sekolah. Membuka Aib Saudara, itukan hal yang tidak di sukai Oleh Allah. Terlebih lagi Orang yang Aibnya di Beberkan merasa Sakit Hati."Sahut Elina, sebenarnya dia sangat Geram akan Sifat Salah Satu Sahabatnya itu. Eh, apakah masih Pantas Gelar sahabat di Berikan kepada Lina?

 
Lina menunduk, apa yang mereka Ucapkan Memang benar adanya. Tapi bisakah mereka Melihat ketulusannya ini, Dia juga merasa Menyesal. Kehilangan Sahabat serta Teman seperjuangan seperti mereka tentu saja hal yang Berat. Benar, Setelah Kejadian dimana Lina mengucapkan kata-kata Pedas itu, Mereka -Rana, Riri, Elina, dan Erna- menjauhinya, Seakan-akan Dirinya tidak pernah ada di bagian AJB.

 
"Udah-udah, Aku udah Maafin. Aku bisa liat Ketulusan Lina Buat minta Maaf dan mengakui Kesalahannya, Aku mau kita kayak Dulu Lagi."Ucap Arra saat Melihat Lina yang selalu di Pojokan oleh Sahabat-sahabatnya itu.

 
"Ma-"Ucapan Lina Terpotong oleh Suara dari Arah Pintu Rumah, "Masuk Dek, Udah Malam. Kamu lagi Hamil, Angin Malam ga baik buat Wanita Hamil."Mereka Menoleh ke Arah depan Pintu, di sana Terlihat Aldo yang berdiri di tengah-tengah Pintu. 'Dek' Adalah panggilan Aldo Untuk Arra, Sebenarnya Pas Waktu di Awal-awal terasa Canggung. Namun, karena Di suruh oleh Ummah Inun untuk membiasakan diri memanggil Arra dengan Sebutan Itu, Kini Aldo tidak lagi merasakan Canggung.

 
"Eh, iya Kak. Sebentar lagi ya."Aldo mengangguk Singkat, lalu Kembali masuk ke dalam Rumah.

 
"Tadi itu siapa Ra?"Tanya Lina penasaran, sebab Laki-laki tadi benar-benar Tampan.

 
"Suami Arra. Kenapa? Ga ada bibit Pelakorkan?"Itu bukan Jawaban Arra, melainkan Riri yang bersuara.

 
"Ri, ga boleh ngomong gitu."Peringat Arra, Sedangkan Lina hanya mampu tersenyum Miris. Segitu burukkah Dirinya di mata Sahabatnya itu?

 
"Udah-udah lupain aja. Oh iya Lin, tadi itu Suami Aku. Di dalam juga ada Temen-temennya Kak Aldo loh. Ayok Masuk, Aku Kenalin sama kalian."

 
"Serius Ra?!"Pekik Rana Tertahan.

 
Elina memutar matanya Jengah, "Ingat Mas Izal, Ran."

 
Rana Mencebikkan bibirnya Kesal, kenapa juga harus di ingatkan dengan Laki-laki yang berstatus Kekasihnya itu, "Ekhem, mau kenalan Doang El."Ucap Rana memperjelas maksudnya.

 
"Lah Erna, Lu mau kemana?!"Tanya Riri saat melihat Sahabatnya itu Berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah pintu Rumah.

 
"Mau kenalan sama Babang Tamvan dulu, bye."

 
Arra tertawa kecil melihat tingkah laku Sahabatnya itu, ada-ada saja pikirnya. Semuanya mengikuti langkah Arra dari Belakang, seakan-akan Arra adalah Induk Ayam.

 
"Kristal, Kulit Kacangnya jangan buang Sembarangan!"Peringat Aldo Kesal saat melihat kebiasaan Buruk Sahabatnya itu, suka membuang kulit Kacang Sembarangan.

ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang