37

6.4K 389 24
                                    

Ikut Ke Jakarta

 

Besok Aldo dan yang lainnya akan Kembali ke Jakarta, Tentunya Arra Harus Ikut Sang Suami. Walaupun sebenarnya ada rasa tak rela meninggalkan Ummah Inun dan Dek Ais di sini. Apalagi Zamal akan melanjutkan pendidikan ke Jakarta, karena pertukaran Mahasiswa itu.

 
Disini lah mereka, di Ruang Keluarga Ar-Rahman. Zamal ingin menyampaikan keputusannya kepada sang Ummah, menurutnya ini adalah jalan yang terbaik setelah kemarin meminta Pendapat Kakeknya dari Pihak Ummah Inun, Dan beliau menyetujuinya semakin Membuat Zamal memantapkan hatinya.

 
"Abang mau ngomong Apa?"Tanya Ummah Inun Lembut, Dirinya dapat melihat gelagat sang Putra sulung yang ingin berbicara sesuatu.

 
"Ummah, Ummah tau kan jika Kami sangat menyayangi Ummah. Zamal Rasa, Zamal tidak bisa jauh dari kalian berdua, begitu pun dengan Arra."

 
Semua yang berkumpul di Ruang Keluarga Ar-Rahman Hanya Diam, menunggu kelanjutan ucapan dari Zamal. Perlahan Zamal Mengambil Jemari tangan Ummah Inun lalu di Genggamnya dengan Lembut, "Zamal ingin Ummah dan Dek Ais ikut Abang ke Jakarta."Dengan gerakan refleks, Ummah Inun melepaskan Tangannya dari Genggaman Zamal.

 
"Ummah ga mau Bang, Ummah ga bisa jauh dari Ayah."Ada sesak di Hati Zamal saat mendengar kata yang keluar dari Bibir Ummah Inun.

 
"Ummah."Lirih Arra Pelan, Hatinya ikut sakit.

 
"Abang Mohon, biarkan Abang yang menjaga Ummah dan Dek Ais. Abang ga tenang kalau ninggalin ummah sama Dek Ais di sini."Pinta Zamal memohon.

 
Ummah Inun hanya diam, matanya menatap Dalam Arra yang sudah Berlinang air mata. Arra Mengangguk pelan, menyakinkan bahwa ini adalah pilihan yang terbaik.

 
"Ummah liat Dek Ais, Dia pasti kesepian."

 
Kini Netra matanya menatap ke arah Gadis Kecil yang sedang Duduk di Samping Arka. Mata Dek Ais Tampak terlihat Sendu saat mengetahui bahwa Besok Semuanya akan Pulang ke Jakarta.

 
"Ummah, Dek Ais mau ikut."Pinta Gadis kecil itu.

 
Kini Ummah Inun di Rundung rasa Dilema. Bingung dengan situasi saat ini. Jika dia ikut, Maka Dia akan meninggalkan Rumah ini. Rumah yang memiliki Kenangan bersama Sang Suami. Tapi jika dia tidak ikut, Egois sekali Rasanya tidak memikirkan Perasaan Ke Tiga Anaknya, "Ainun, bukankah Kamu sudah belajar ikhlas. Kemanapun dirimu pergi, yakinlah Cinta itu tetap Utuh untuk Bang Rahman."Suara Hatinya Berseru menyakinkan.Benar, Kemanapun Dia pergi, Cinta itu tetap Utuh Untuk Ayah Rahman.

 
Ummah Inun mengangguk Perlahan, "Demi Kalian, Ummah juga tidak ingin jauh dari Anak-anak Ummah. Cukup kali ini Ummah merasakan kehilangan, tidak untuk Kedua kalinya."

 
Arra berdiri dari Duduknya, berjalan ke arah Ummah Inun. Dengan perlahan Arra memeluk tubuh sang Ummah, Wanita Kuat yang selalu Memberikan Inspirasi bagi dirinya, "Arra Sayang Ummah hiks."

 
Zamal tersenyum Tipis, Dia juga ikut memeluk Ummah Inun dan Arra. Suara tangisan Ummah Inun dan Arra mendominasi Ruang Keluarga Ar-Rahman ini.

 
"Ikut..."Rengek Dek Ais saat Ummah Inun dan kedua Saudaranya berpelukan.

 
"Ututu, Sini Sayang."Panggil Zamal. Dengan Cepat Dek Ais berlari ke arah Ummah Inun, Zamal dan Arra berpelukan. Tanpa Ba-bi-bu, Dek Ais langsung memeluk mereka.

 
"Jangan Nangis. Kata Kakek, nanti Ayah juga ikut Sedih."Ucap Dek Ais membuat Semua yang berada di sana merasa Takjub, Gadis Kecil yang Pintar.

 
"Sudah. Sebaiknya kita Makan malam dulu, Habis itu Arra Bantu Ummah dan Dek Ais Beres-beres barang ya."Ucap Ummah Inun sambil melepaskan pelukannya.

 
Semuanya mengikuti Ummah Inun yang Berjalan lebih dulu ke Dapur untuk Makan malam. Duduk lesehan di lantai saat makan, Sudah menjadi Kebiasaan Mereka. Awalnya ada rasa tak enak di Hati Ummah Inun, tapi karena ke Ramahan Mereka, Ummah Inun merasa Lega.

 
"Dek Ais mau lauk yang mana?"Tanya Ummah Inun.

 
"Udang Goreng, terus Sayur Lodeh Nangka."Dengan Telaten Ummah Inun mengambilkan menu yang di ucapkan Dek Ais.

 
"Ra, punya Aldo di Ambilin sayang."Ucap Ummah Inun saat melihat kebingungan dalam raut wajah Menantunya itu.

 
Menu malam ini sedikit lebih banyak dari biasanya, karena Awalnya Ummah Inun pikir Karena Besok Mereka sudah Pulang Ke Jakarta, Maka harus memberikan yang terbaik untuk Tamu-tamunya ini. Tapi siapa sangka? besok dia juga akan ikut pergi meninggalkan Tanah kelahirannya.

 
"Bang, Tapi Ummah belum Bilang apapun kepada Kakekmu."Ucap Ummah Inun.

 
"Sebelum Abang mengutarakan Niat ini pada Ummah, Abang sudah meminta pendapat Kakek. Kakek menyetujuinya, karena kakek bilang dia juga tidak muda lagi dan tidak memungkinkan untuk menjaga Ummah dan Dek Ais. Besok pagi kita pamit ke keluarga, sekaligus Pamit Sama Ayah."Ummah Inun mengangguk Setuju. Ah mengingat Ayah Rahman, Ummah Inun kembali teringat akan meninggalkan Rumah ini.

 
"Lalu Rumah Kita, siapa yang akan mengurusnya Bang?"

 
"Ayah dan Ummah Punya Saudara, Abang sudah menitipkannya."Ucap Zamal.

 
Zamal Benar-benar sudah Memikirkan itu Semua, Tentang siapa yang akan Mengurus Rumah dan mengelola Bisnis Ternak Ikannya Ayah Rahman.

 
"Setelah Di lihat-lihat, Badan lu Gemukan Ka."Celetuk Kristal kepada Arka memecahkan keheningan.

 
Tiba-tiba Arka menghentikan Makannya, "serius Lu?"

 
Kristal Mengangguk yakin, "Lu selalu Makan apa Aja yang di Sodorkan sama Dek Ais. Gulali aja lu Embat, padahal Gw tau Lu anti Banget Sama Tuh Makanan."

 
"Balik Ke Jakarta ntar Tinggal Bentuk Ulang, Apa susahnya."Sahut Aldo.

 
"Sadar Diri Kris, Perut Lu udah Kaya Ibu-ibu Hamil."Lanjut Aldo Dengan Tampang So Polosnya.

 
Mereka semua Tertawa Seirama, Kecuali Orang yang Di Nistakan, siapa lagi kalau bukan Kristal Marvell. Laki-laki itu mendengus Kasar, Tidak mengelak ataupun Membela Diri. Karena Nyatanya itu Semua Benar Adanya. Selama Tinggal bersama Keluarga Ar-Rahman, Nafsu Makannya Melunjak Naik. Tentu saja ada Alasannya,  Berbagai Menu makanan Laut yang Menggiurkan.

 
"Bang Arka Gendut, Tapi Dek Ais Suka Hehe."Pipi Arka Merona, Ucapan yang keluar dari Bibir Mungil Gadis Kecil itu benar-benar Menggemaskan. Arka sampai Bingung dengan Dirinya sendiri, di hadapkan dengan Seorang Aisyah alias Dek Ais Membuat Sifat Cuek dan Bodo Amat-annya Hilang.

 
"Ngeri Gw Liatnya Do, Jangan sampe Sahabat kita ini Jadi Om-om Pedofil."Aldo Terkekeh Pelan mendengar Ucapan Kristal, Kristal Bergedik Ngeri membayangkan perbedaan Usia Keduanya.

 
"Besar Nanti, Dek Ais Mau Pacaran Sama Bang Arka."Astaga, semakin Ngawur Gadis Kecil itu.

 
"Dek, Ga boleh pacar-pacaran."Tegur Zamal, Sedangkan yang di Tegur Mengerucutkan Bibirnya Kesal, "Naura aja Udah punya Pacar."Gumam Dek Ais.

 
Setelah Selesai Makan, Semuanya kembali Ke Ruang Keluarga. Kecuali, Ummah Inun dan Arra yang sedang membereskan Barang-barang yang akan Di bawa Oleh Ummah Inun Dan Dek Ais.

 
Ummah Inun Menatap Dalam Foto yang terpajang di dinding kamar miliknya dan Ayah Rahman, "Sedih Rasanya Kak."

 
Arra hanya Diam mengamati Wajah Sendu Ummahnya. Dirinya juga dapat merasakan Kesedihan itu. Tapi Dia tidak Mungkin larut dalam Kesedihan ini, Masih ada Ummah Inun dan Dek Ais yang harus Dia berikan Semangat. Berharap dan Memohon kepada Allah SWT. Untuk mengumpulkan Mereka Semua di Surga Kelak.

 
"Dek."Panggil Zamal dari Arah Depan Pintu Kamar Ummah Inun.

 
Arra Menoleh, "Kenapa Bang?"

 
"Di depan ada Teman-teman Kamu."

 
Teman? Siapa yang Ke Rumahnya Malam-malam begini, pikir Arra. Dengan pelan Arra keluar dari dalam Kamar Ummah Inun sambil Mengelus Perutnya yang Buncit itu, Kini Usia Kandungannya Sudah Beranjak 5 Bulanan.

 
Arra benar-benar tidak menyangka Siapa Teman yang di maksud Oleh Abangnya itu, "Kalian?"

ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang