36

6.3K 367 4
                                    

Anak Haram?

 
Sudah sedari tadi Mentari Menyambut hari. Seorang Remaja Laki-laki masih setia Bergelut dalam Selimut dan Dunia Mimpinya, Padahal Jam sudah menunjukkan pukul setengah 11 Siang. Mungkin ini adalah Efek dari Begadang Semalaman suntuk, Menonton Pertandingan Sepak Bola yang di Tayangkan di Televisi merupakan Alasan Utamanya.

 
'Tok tok tok!' suara ketukan Pintu Apartemen miliknya berbunyi nyaring. Namun masih belum ada Respon dari sang pemilik Apartemen.

 
'Tok Tok Tok!'

 
"Eughh, elah siapa sih Pagi-pagi bertamu."keluhnya sambil mengucek matanya. Pagi apaan, yang ada ini udah siang.

 
Dengan perlahan Laki-laki itu turun dari Kasur king size nya, berjalan sambil menggaruk kepalanya yang terasa gatal sesekali mulutnya ikut menguap, masih ngantuk. Tanpa menggunakan Atasan, hanya berbalut kan Celana Bola pendek. Kakinya melangkah menuju pintu apartemen yang semakin lama di Gedor kuat, "Sabar Astagfirullah."

 
'klek!' Pintu Apartemen terbuka lebar, menampilkan seorang gadis dengan lelehan air matanya.

 
"Rian hiks!"Alena langsung menubruk tubuh Rian, memeluknya dengan Erat tanpa memperdulikan penampilan laki-laki itu saat ini.

 
Rian Speechless. Dia sama sekali belum membalas pelukannya Alena. Seakan tersadar, Rian ingin melepaskan pelukannya. Namun dengan kuat Alena menggeleng, "sebentar saja, gw Mohon."

 
Rian hanya pasrah, dengan perlahan Rian membalas pelukannya. Tangisan pilu Alena cukup menyakitkan hati untuk di dengar, masalah apa yang membuat Alena menangis sepilu ini, pikir Rian.

 
"Kita masuk aja ya, ga enak kalau di liat sama orang yang lewat."Ucap Rian pelan, pasalnya kini mereka berpelukan di depan Pintu dengan Pintu yang masih terbuka lebar.

 
Alena melepas pelukannya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia masuk ke dalam apartemen Rian begitu saja. Rian hanya bisa menghela nafasnya pelan. Setelah menutup pintu apartemennya, Rian menghampiri Alena yang masih sesenggukan.

 
"Len."panggil Rian Lembut.

 
"Yan, Sakit. Hiks Sakit banget di sini."Isak Alena sambil menunjuk tempat Hatinya itu, Rian terenyuh mendengarnya.

 
"Len, lu bisa cerita sama gw kalau ada masalah."

 
"Ayah sama Bunda mau Cerai, semua itu karena Gw. Gw hiks Anak pembawa Si-"Alena di tarik Kuat Rian kedalam pelukannya.

 
"Stt, lu ga boleh ngomong gitu Len. Semua Anak itu pembawa Rezeki, begitupun dengan diri lu."

 
"Gw Beda Yan, Gw anak Haram hiks. Gw ga punya Ayah, Ayah gw pergi ga mau ngakuin gw. Gw salah apa sih?"Rian memejamkan matanya, Sakit rasanya melihat orang yang kita Cintai Hancur seperti ini.

 
"Lu ga salah, please Len jangan gini."Lirih Rian sambil memeluk Alena Erat.

 
"Gw capek, gw ga sekuat itu untuk Nahan beban ini sendirian. Kenapa saat gw beranjak dewasa, dunia malah kelihatan semakin Kejam?"Rian hanya Diam, Dia ingin Alena mengeluarkan semua Keresahan yang dia rasakan.

 
"Satu persatu kebohongan mulai terungkap, Gw bukan anak kandung Ayah. Bunda hiks Hamil di luar Nikah, dan berarti gw anak Har-"

 
"Stop Len. Dengerin gw, Di Dunia ini gada yang namanya anak Haram. Manusia itu semua sama di Mata Tuhan, yang membedakan itu gimana perilaku Manusia itu sendiri. Bunda lu pasti bakalan sedih banget kalau dia denger lu nyebut ini Len, lu harus pikiran Perasaan Bunda lu. Bunda lu Rela ngelepas Cintanya buat lu, karena bagi Bunda lu, lu itu sangat Berharga."Alena semakin terisak dalam pelukan Rian.

ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang